Bukan Pengantin Pengganti 7

345 33 5
                                    

Bukan Pengantin Pengganti 7

Akhirnya Naruto dan Sasuke pun menjalani mediasi pra cerai oleh kedua orangtuanya. Kushina tak ingin mereka bercerai. Akan tetapi bila Sasuke menderita akibat perlakuan putranya, terpaksa Kushina harus ikhlas melepaskan menantu sempurna seperti Sasuke.

"Ayah.. Ibu.. " rengek Naruto. Duduk di antara kedua orangtuanya.

"Kau mirip bocah, nak! Ayah tak suka!" kata sang ayah, jengkel.

"Ibu, tolong katakan pada Sasuke kalau aku tidak mau bercerai dengannya. Kalau aku mau cerai, harusnya sedari dulu. Aku mohon, ibu.. " Naruto merengek pada ibunya.

Sasuke hanya diam. Pikiran dan hatinya berkecamuk. Logikanya ingin bercerai tapi hatinya ingin tetap mempertahankan pernikahannya. Apalagi suaminya sudah mulai mencintainya. Tapi cinta saja belum cukup. Toh pasangan saling mencintai juga masih bisa berpisah.

"Nak, tolong pikirkan baik - baik. Kalau kalian bercerai, bagaimana ibu? Ibu sangat menyayangimu, nak Sasuke. Ibu rela kamu menghajar putra ibu asalkan kamu masih mau jadi istri si bodoh Naruto," pinta Kushina. Memohon dengan tulus.

Doeng. Sang suami dari mertua Sasuke sweatdrop. 'Tapi anakmu rela dihajar. Dasar wanita,' batin Minato.

"Ibu, ayah, maafkan aku. Aku.. " kata Sasuke.

Deg. Naruto gelisah. Ia menebak jika Sasuke akan menceraikannya. Apalagi perlakuannya selama ini kepada Sasuke sangat tidak baik. Suami tapi membiarkan istri makan malam dan tidur sendiri. Padahal Sasuke adalah istri yang baik.

Naruto langsung berlutut di kaki Sasuke. Sasuke terhentak.

"Na-Naruto, apa yang kau lakukan? Bangun dan jangan berlutut!" pinta Sasuke. Ia tak suka melihat sikap suaminya yang menurutnya berlebihan.

"Kenapa aku harus bangun, Sasuke?" tanya Naruto menatap Sasuke dengan ekspresi sendu. Ekspresi wajah saat Naruto kehilangan Hinata. "Aku rela bersujud padamu agar kamu kembali padaku. Izinkan aku menebus dosa - dosaku selama ini, Sasuke. Aku yakin kalau kamu akan memberikanku kesempatan kedua. Kita akan membina kehidupan rumah tangga yang harmonis dan penuh cinta."

Deg. Blush. Wajah Sasuke merona dan jantungnya berdegup kencang. Ia membayangkan jika dirinya dan Naruto mempunyai seorang anak, cucu lalu menua bersama. Tapi rasa sakitnya masih sama. Sangat besar.

Sasuke melirik pada kedua orangtua Naruto yang sudah mengganggap Sasuke seperti anak kandung mereka sendiri. Kushina tampak pasrah tapi tersirat kesedihan dalam matanya. Minato terlihat tegar tapi ia merasa kecewa. Begitu dari yang Sasuke pikirkan.

"Haah.. " Sasuke menghela nafas panjang. "Biarkan aku berpikir selama dua hari. Naruto harus tinggal sendiri di sini, sedangkan aku akan menginap di rumah ibu dan ayah. Aku akan berpikir di sana. Atau aku akan menginap di hotel agar pikiranku jernih."

Saat Naruto hendak menolak, Minato mencegahnya. Naruto sudah duduk kembali.

"Baiklah, nak. Kamu boleh melakukannya," jawab Kushina setuju. "Tapi kamu akan menginap di rumah kami?"

Sasuke tersenyum tipis. "Aku akan menginap di hotel saja, bu. Lebih baik aku sendiri selama dua hari ini."

"Baiklah kalau itu keputusanmu. Kami sebagai orangtua hanya bisa mendukungmu dan membantu agar kalian tetap bisa bersama," kata Minato. Ia sebenarnya belum bisa bernafas lega karena putranya yang nakal sedang di ambang perceraian. Terlebih sifat Sasuke keras seperti Fugaku, mendiang ayah kandungnya.

"Sasuke, kamu jangan berpikir untuk kabur dariku. Aku tidak akan membiarkanmu pergi!" ujar Naruto menatap tajam kepada Sasuke.

Sasuke tersenyum sinis. "Aku bukan pengecut, Naruto. Aku melakukan itu agar kau yakin kalau perasaanmu padaku apa benar cinta atau hanya kesepian saja. Bisa menyesal kalau aku tetap bersama suami yang tidak mencintaiku. Tidur denganku juga belum pernah. Kalau begitu, aku izin untuk pergi sekarang."

Kumpulan cerita narufemsasu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang