Bukan Pengantin Pengganti 8

355 36 7
                                    

Bukan Pengantin Pengganti 8

"Kau..?!"

Mata Sasuke terbelalak saat melihat sosok pelayan yang baru saja mengantarkan makanan untuk makan malamnya ke dalam kamarnya.

"Malam, Sasuke. Aku harap kamu tidak mengusirku kali ini," kata pria itu dengan wajah sendu.

Sasuke menundukkan kepalanya dan mengepalkan kedua tangannya. Lalu ia menatap datar pada sosok sang pelayan.

"Ke luar dari sini, dobe! Biarkan aku makan sendirian!" pinta Sasuke meneteskan air mata.

Sosok sang pelayan yang dipanggil dobe mencoba untuk bertahan walau sudah diusir.

"Sasuke, aku mohon. Aku tidak mau berpisah denganmu makanya aku datang ke sini. Aku tak bisa hidup tanpamu, Sasuke. Tolonglah.. Maafkan aku. Aku sangat menyesal," lirih Naruto meneteskan air mata.

Sasuke menatap mata Naruto yang meneteskan air mata. Tidak ada kebohongan yang Sasuke lihat tapi Sasuke masih belum siap memutuskan dirinya untuk bercerai atau tidak.

"Aku mohon, ke luarlah, Naruto. Biarkan aku sendiri. Bukankah sudah kukatakan padamu kalau aku butuh waktu dua hari? Tapi kau malah datang sekarang. Menyebalkan!" umpat Sasuke merasa kesal.

"Itu karena aku tidak sabar, Sasuke. Aku takut kamu pergi dariku. Sudah cukup Hinata yang pergi. Kamu harus bersamaku. Akan kubuktikan kalau aku benar - benar mencintaimu. Cintaku tulus padamu, Sasuke," ucap Naruto dengan wajah memelas.

Blush. Hati Sasuke mulai goyah, namun ia tetap pada pendiriannya.

"Pergi, Naruto! Pergi!!" teriak Sasuke setengah marah.

Naruto pun berdiri dan berjalan meninggalkan Sasuke tapi ia menoleh sebelum ke luar dari kamar Sasuke.

"Aku tidak akan menyerah, Sasuke. Bila perlu akan kulakukan segala cara agar kau percaya padaku kalau aku benar - benar mencintaimu!" ucap Naruto sebelum pergi dari hadapan Sasuke.

Brukh. Sasuke yang sedang berdiri dengan hati tegar kini jatuh terduduk di lantai sambil menangis. Hatinya goyah. Di sisi lain ia merasa senang tapi di sisi lain ia bingung karena belum percaya jika Naruto mencintainya.

"Apa yang harus kulakukan?" gumam Sasuke. Bingung.
.
.
.
.
.
Naruto side

Sudah sewajarnya Sasuke mengusirku. Tapi aku tak akan menyerah begitu saja dan melepaskan cinta terakhirku. Hinata memang cinta pertamaku, namun Sasuke adalah cinta terakhirku. Itu sudah kuputuskan. Aku tak akan berdiam diri saja. Akan kutunggu dia di luar kamarnya sampai ia ke luar. Aku juga sudah memesan kamar di hotel ini meski aku berharap bisa tidur satu kamar dengannya.

Sungguh kejam dan serakah. Itulah yang pantas menjadi julukanku sekarang. Sudah membuat Sasuke sakit hati dengan berniat akan menceraikannya. Kejam sekali, bukan?

Aku benar - benar bodoh. Gadis sempurna seperti Sasuke rela menikah dengan pria bodoh sepertiku. Eh aku tidak menghargainya. Aku memang pantas diceraikan oleh Sasuke. Tapi aku tidak mau. Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?

Terlihat pintu kamar hotel yang Sasuke sewa terbuka sedikit. Itu adalah sinyalnya. Aku lupa jika Sasuke juga pernah gitu melakukan itu.

Saat masih duduk di sekolah menengah pertama, Sasuke sempat dibuly tapi ia tak mau menceritakannya kepada siapapun. Apalagi kepada kedua orangtuaku. Hingga hari itu di mana ia menangis seorang diri dengan pintu sedikit terbuka.

Karena penasaran, aku pun membuka pintu kamar Sasuke dan masuk ke dalam kamarnya. Kulihat Sasuke sedang menangis seorang diri. Menahan semua penderitaannya. Saat aku datang, aku langsung memeluknya. Ia pun semakin menangis tersedu namun tidak lama kemudian ia berhenti menangis dan menceritakan semuanya padaku.

Kumpulan cerita narufemsasu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang