Segala yang terjadi dalam hidupku ini
adalah sebuah misteri ilahi ... perihnya cobaan hanya ujian kehidupan ... 🎶Jam istirahat kali ini trio akhlakless kompakkan mager keluar kelas. Laper, titip aja jajan ke Max terus kasih lah ongkos jalan, mau dia dibabuin, ya walaupun babu high class, yang ongkos jalannya kadang lebih mahal daripada harga jajannya.
Toni dan Beno duduk melingkari meja Delam, seperti biasa Toni nyeret kursinya ke samping meja Delam, sementara Beno duduk di kursinya yang emang ada di depan meja Delam. Bertiga gabut, Toni scroll instagram, Beno bikin piramida dari kartu remi, dan Delam menidurkan kepala beralaskan jaket.
"Jan napas, Lam. Tar roboh piramida gue."
"Mati dong, goblok! Kalo gak napas," sahut Delam sembari mendelik. Tangannya terulur untuk mengambil handphone yang tergeletak di meja. Mematikan musik yang terputar. Delam menguap lebar. Saat napasnya berembus, piramida Beno roboh.
"Bwahahahaha ...." Delam terbahak.
Mata Beno menatapnya tajam. "Gak ada guna udah, gue bikin ginian sampe mempertaruhkan segalanya," gerutu Beno sembari menggeser kartu-kartu yang berserakan.
"Lebay, goblok, lebay." Toni melirik malas.
"Gabut dah gua."
"Lah, emang dari tadi kita lagi ngegabut ini, Delamsyah. Nolep banget kita-kita. Orang laen punya kegiatan, kita doang yang kagak," celoteh Beno seraya mengumpulkan kembali kartu-kartu reminya.
"Tao kae noi gue mana dah? Perasaan tadi minta beli ke si Max." Delam mencari-cari snack rumput laut yang dia pesan di dalam kantong jajanan yang tadi Max kasih.
"Gak ada, orang Max cuma beli minum tiga biji, Chitato dua, sama siomay secup punya Beno," sahut Toni.
"Dih, gue kasih duit kan cepe."
"Lo kek gak tahu Max aja, nyuruh ke dia dihitung ongkosnya perlangkah."
"Ah, elah. Mana sih si Maxi?" Delam berdiri, celingukan mencari tubuh pria mungil, si tersangka penggelapan dana jajan.
"Kagak ada, jam segini lagi kelayapan cari gosip."
Sembari mengembuskan napas kasar, Delam mendudukkan diri kembali.
"OEEEEYYYYY!!!!" teriak Beno saat untuk kedua kalinya piramida yang dia buat roboh karena Delam. Matanya melotot, hampir keluar.
"Maaf-Maaf. Gak sengaja, Ben."
Haduh-haduh, Delam terbahak lagi. Handphonenya berbunyi. Kontak bernama 'Mam', tertera di layar handphone.
"Nyokap lo."
Delam mengambil handphone lalu beranjak dari tempatnya, soalnya kalau teleponan sama maminya di depan tuh makhluk dua nanti dicengin. "Cieee, anak Mamiii"... kan males.
"Iya ... iya ... iya ... iya." Setelah selesai Delam mematikan telepon. Kembali melangkah ke bangkunya.
"Napa?" tanya Toni.
"Si Zen dari kemaren sakit, hari ini harus diopname. Tipes kata nyokap gue."
"Lo sih ajakin begadang mulu tiap malem," kata Beno. Sesama anggota squad, kadang memang mereka mabar sampai lewat tengah malam bahkan hampir subuh.
"Gue gak nyuruh, kadang gue udah tidur, tuh anak masih maen."
Toni geleng-geleng kepala tanpa menoleh. "Pengaruh buruk memang Kakak Delam ini," ucapnya.
"Kagak, ya! Bukan salah gua!"
Beno tertawa, melihat wajah Delam yang memberengut, memang paling tidak ridho tuh makhluk satu kalau disalahin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Delam 1999 (Selesai)
Teen Fiction**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Butiran debu