Toktoktokk ...
Aishhhh ... Lagi-lagi suara ketukan pintu yang membangunkan tidurnya.
Toktoktokkk ...
Heiii!!!! Bisa tidak membiarkan Delam tidur dengan tenang. Delam baru tidur 3 jam setelah melaksanakan sholat subuh tadi. Malamnya sampai waktu adzan dia full gadang gak bisa tidur. Mabar, pushrank bersama Toni, Beno, dan yang lainnya, gadang bersama via virtual.
Toktoktokkk ...
"Hish ...." Delam misuh-misuh, beranjak dengan mata masih tertutup, menapakkan kaki ke lantai dengan sangat terpaksa.
"Paan?" tanyanya males, dia bahkan tak tahu yang di depannya siapa, matanya masih terlalu berat untuk dibuka, tapi hapal sih bau parfumnya.
"Papi ngajak golf, gak ada penolakan, cepetan mandi."
"Gue gak ngikut, masih ngantuk," sahut Delam. Tanpa bicara Zay nyelonong masuk ke dalam kamar.
"Woy! Mau ngapain lo?" sergah Delam galak. Matanya langsung terbuka, murka. Zay duduk santai di sofa, menyilangkan kaki.
"Cepetan, gue tungguin lo mandi."
"Zayyyyyy!!!! Sumpah gue ngantuk banget, baru bisa tidur subuh tadi," kata Delam misuh misuh, benar-benar sebal, dia ngantuk sekali.
"Kata Papi lo harus ikut," ucap Zay santai, maksa banget, matanya terfokus pada handphone di tangan.
Delam mendengus kesal, melirik Zay tajam sekilas lalu melangkah dengan kaki menghentak, mengambil handuk di balkon, masuk ke dalam kamar mandi.
Kenapa sii dari kemaren ada aja yang ganggu!Zay melirik pintu kamar mandi yang ditutup dengan keras, tersenyum menang.
Delam mandi cuma lima menit. Keluar dengan handuk putih yang melilit di pinggang, sementara atasnya bertelanjang dada.
"Lo mandi?" tanya Zay.
"Kagak, bertelur. Ya, menurut lo?!" Delam menyahut kesal, moodnya hancur. Diambilnya celana pendek selutut dan kemeja pendek polos. Membuka handuknya tanpa malu, gapapa Delam pake celana dalam yang ukurannya seatas paha kok, lagian Zay lagi fokus pada handphone. Setelah mengancingkan kemejanya. Delam berdiri di depan cermin menyisir rambut dan merapikannya dengan pomade, rambutnya yang agak panjang cuma bisa diem kalo dikasih Pomade.
Seperti biasa Delam memakai jam tangan dan gelang, mengenakan sepatu putih yang masih tampak baru, tak lupa mengaitkan kacamata hitam di kemejanya, dan tahap akhir menyemprotkan parfum.
"Ayok!" ajaknya sewot.
Zay beranjak cuek. Sama seperti Delam, dia memakai celana pendek, bedanya dengan kaos berkerah, bukan kemeja.
---
Papinya berangkat dengan mobil mewah, salah satu mobil koleksi yang ada di garasi basement. Biasanya mobil-mobil itu hanya teronggok sebagai pajangan tak terlihat, Dipakai sesekali, karena tujuannya memang hanya untuk memenuhi keinginan, tapi akan terpakai jika saat seperti ini, Bertemu dengan teman-temannya yang rata-rata kalangan atas. Biasa mereka beradu kemewahan.
"Pratamaa ... apa kabar?"
Delam di belakang memalingkan mata.
Ini nih sesi paling malesin. Beberapa teman papinya yang menunggu langsung berdiri menyambut, saling bersalaman."Ini Zay?" tanya salah satu dari mereka.
"Iya, Om." Zay tersenyum dan menyalami tiga orang teman papinya itu.
"Wah, gak ada celah emang anak Tama. Mau jadi penerus Papi atau pemain basket nih?"
"Yang pasti lebih hebat dari papinya lah, No," canda salah seorang temannya. Para pria paruh baya itu tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Delam 1999 (Selesai)
Novela Juvenil**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Butiran debu