PART 22

11K 694 65
                                        

Gerombolan gerimis tak menghalangi langkah mereka untuk keluar kelas hari ini. Sudah beberapa hari, jam istirahat cuma mager-mageran di kelas, lama-lama kangen kantin juga. Walaupun jalan menuju kantin aman dari rintik air hujan, tapi malesnya itu lho yang bikin mereka lebih milih bobo- boboan aja di kelas, ngebabuin adek kelas aja kalo laper, atau akhir-akhir ini Delam bawa bekel, makanan berat, makanan penutup, dan buah-buahan, lengkap dia bawa dan enak-enak. Temen-temennya juga pada ikut makan walaupun mempertanyakan, tumben Delam selalu bawa bekal? Untung kebetulan lagi musim hujan jadi, Delam bisa jawab "biar gak usah keluar kelas males hujan."

Tapi hari ini karena rindu suasana kantin, mereka bertiga memaksakan langkah menyusuri koridor yang dipagari kawat hitam dengan tumbuhan merambat yang basah meneteskan air, terguyur hujan.

"Apaan tuh?" Toni dan Beno menengok tupperware Delam yang kali ini berisi nasi gulung yang luarnya dilapisi nori, dan dalamnya entah apa.

"Kimbab, bego. Makanan Korea. Adek gue sering nih bikin ala-ala ginian," Toni yang menjawab. Adiknya seusia dengan adik Delam, berjenis kelamin Perempuan dan addict sama Korea-koreaan.

"Lah, sama. Ini, adek gue nih yang mau, makanya nyokap coba bikin," kata Delam.

"Cobain, Ben." Delam mendorong wadah itu ke dekat dua temannya.

"Lah, kok gue." Beno memundurkan badan refleks.

"Kalo enak baru giliran gue," ucap Delam.

Beno mendecih. Tapi tetap mengambil satu buah kimbab dengan sumpit mie ayamnya, memasukan satu gulungan nasi yang berukuran sedang itu ke dalam mulutnya sekaligus.

Beno mengangguk-angguk dengan mulut penuh, dua jempolnya teracung.

"Makan, Ton, enak katanya." Delam langsung bergerak, mengambil garpu yang dia bawa, menusuk kimbab dan melahapnya, Toni juga sama.

"Gue jadi penasaran sama nyokap lo,"
ucap Toni sembari menikmati kimbab yang ibu Delam buat yang enak sekali itu." Apa mukanya kek chef rennata? Udah cakep pinter masak lagi."

"Gue pernah ketemu," Beno bersuara.
Dia sedang mengkolaborasikan kimbab dengan mie ayamnya, sedangkan Toni dengan bakso.

"Cantik banget asli, gak kebayang dah pas mudanya kek gimana, udah tua aja cakep. Pantes Zay juga secakep itu. Lah, lo nurun sapa dong, Lam?" Beno bertanya melirik Delam, dari kimbab nyerepet ke fisik, gak nyambung banget.

Toni geleng-geleng kepala. "Nggak-nggak bukan bokap lo, gue pernah liat di instagramnya adek lo, bokap lo cakep."

Delam tadinya akan menghardik, tapi ....

"Heh! Lo stalk adek gue?" tanyanya, melotot.

Toni mengangguk ringan. "Si Beno juga noh. Ya, siapa si yang gak stalk adek lo, Lam. Seleb YouTube gemes, dedek-dedek kecintaannya abang-abang cem gue. Cocok gak sih, Lam, kalo gue jadi adik ipar lo."

Delam menodongkan ujung garpu yang dia pegang ke wajah Toni.

Toni tertawa. "Canda elah, posesif banget si abang," katanya.

Delam mendecih, menurunkan garpu, kembali menusuk kimbab. Tak akan, ya, Delam kasih Ayya ke spesies crocodile macam Anthony. Dia tahu sekali, walaupun si Toni jomblo tapi gebetannya banyak. Anak basket yang sering tebar pesona, jenis crocodile yang ngenes, soalnya Toni banyak diincer cewek, tapi saat giliran ngincer cewek, gak pernah dapet.

Beno tertawa, sebagai saksi hidup betapa apesnya nasib asmara Toni. Yang mau sih banyak yang diphpin juga banyak, tapi giliran dia pengen banget pasti gak dapet. Kak Bunga diambil Zay, abangnya Delam. Mau nyalip adeknya dipawangin Delam, abangnya Ayya. Kasihan sekali fuckboy rangkap sadboi itu.

Delam 1999 (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang