Lebaran di rumahnya keluarga Bapak Tama dan Ibu Iren itu rame banget. Soalnya ada keluarga Bunda Ami dan Mama Susan juga yang turut memeriahkan. Apalagi di tahun ini ada bayi mungil--anaknya Prada yang baru lahir beberapa bulan yang lalu.
Setelah pulang dari mesjid mereka acara sungkeman: para ibu dan ayah duduk berjajar di sofa, para anak dan menantu berjajar antri untuk sungkeman.
"Mampus Delam gak bisa sungkem, padahal yang paling banyak dosa."
"Lo jangan ngajak ribut dulu, Ay, baru tadi lho lo berlinang air mata, minta maaf sambil meluk-meluk gue."
Ayya melirik ke arah lain, pura-pura tidak mendengar.
Delam yang berdiri di depan Ayya, kembali menghadapkan pandangan ke depan sembari mendelikkan mata.
Iya, Delam lagi gak bisa sungkem sama salaman, soalnya tangan dan lututnya lagi luka, gara-gara main petasan dua hari yang lalu bareng bocil-bocil sepulang terawih. Tidak tahu bagaimana ceritanya, Delam hanya bilang gara-gara petasan kolaborasi; hasil kolaborasi dari beberapa jenis petasan yang dia buat yang entah bagaimana tapi yang pasti dia sendiri yang kena. Tak tahu lah Delam apain itu petasan sampai jadi meledak kena tangan dan kakinya: tangan kanannya sekarang diperban dari telapak tangan sampai dekat lengan dan dua kakinya luka tapi yang parah kaki kanan di bagian lutut ke betis. Kejadian itu bikin kaget orang serumah yang baru pulang terawih dengan tenang lalu tiba-tiba ada orang yang datang ke rumah dengan panik bilang kalau Delam kena petasan dan dibawa ke rumah sakit.
Sudah biasa untuk kita karena seonggok Delam memang selalu punya cerita kehidupan yang di luar nalar.
Ngomong-ngomong, para pacar: pacar Zay, Delam, dan Ayya, tidak datang ke rumah di hari ini, mereka akan datang paling lusa atau sepulang dari mudik kalau yang mudik. Tadi para pasangan itu hanya bercakap-cakap maaf-maafan dan sayang-sayangan lewat panggilan video.
Para anak-anak berjajar--mengantri untuk sungkeman.
Karena Iren adalah anak pertama dari tiga bersaudara: Bunda Ami dan Mama Susan. Jadi, keluarganya dapat bagian pertama dalam jajaran sungkem.
Yang pertama adalah Prada, lalu Jowi, terus Zay, kemudian Delam.
Yang lain sungkem dengan bertekuk lutut dan menundukkan kepala di atas paha para orang tua, tapi Delam tidak bisa, karena itu dia jadi melakukannya dalam posisi berdiri. Orang tua yang duduk yang mengalah.
Tama berdiri dan memberikan usapan di kepala Delam yang menunduk.
"Jangan maen petasan lagi," ucap Tama sembari mengusap rambut putra ketiganya itu.
Delam mengangkat kepalanya, tersenyum dengan bibir terlipat rapat.
"Maafin Kakak, ya, Pi," ucap Delam kemudian memeluk Tama untuk beberapa lama.
Setelah selesai dengan Tama, dia lalu bergeser ke Iren.
Maminya itu selalu menangis setiap acara sungkeman lebaran, sekarang matanya basah.
Seperti tadi Delam menundukkan kepala dan diusap rambut oleh orang tua: itu sudah menjadi proses wajib sungkeman di keluarga mereka.
Delam mengangkat kepala dan memeluk Iren.
"Maafin, Kakak," ucapnya.
"Maafin Mami juga."
Sungkeman dengan Mami, dia mendapat bonus tiga kecupan singkat di kedua pipi dan kening.
Setelah selesai, Delam nyengir lebar terlebih dulu kepada Iren sebelum bergeser ke papanya Arsen. Dari kemarin maminya itu ngomel-ngomel terus membahas kelakuan Delam yang selalu bikin geleng-geleng kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Delam 1999 (Selesai)
Teen Fiction**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Butiran debu