PART 35

9.6K 630 289
                                    

Sudah tiga hari Zen dirawat inap. Kemarin Iren pulang, tapi siangnya pergi lagi karena Zen itu tipe anak yang jarang sakit, tapi sekalinya sakit, manjanya naudzubillah, kayak anak belum disunat.
Iren tak ada. Mbak pun tak pulang-pulang, katanya ibunya sakit, anaknya di kampung jadi tidak ada yang urus. Kalau begini ceritanya. Anak bujang dua di rumah gak ada yang urus, ya repot juga.

Pagi ini Zay dan Delam tak sempat sarapan, keduanya bangun kesiangan.
Zay karena semalaman belajar, sementara Delam biasa lah. Tiga hari Ayya ikut nginep di rumah sakit. Tak mengerti juga sama sepasang kembar itu, di rumah kelihatannya cuek-cuekan, tapi kalau salah satunya ada yang sakit, ya yang satunya uring-uringan.

Karena tak sempat sarapan di rumah.
Delam dan Zay sarapan di kantin sekolah. Beduaan. Tanpa harus dilihat kanan-kiri pun, terasa sekali banyak siswi-siswi yang memperhatikan. Delam risih? NGGAK! BODO AMAT! Orang Zay yang diperhatiin, bukan dia.

"Hoi, Zay, tumben banget lo sarapan di kantin?"

"Mm, kesiangan gue."

Tak perlu ditengok. Delam tahu, antek-antek Zay mulai duduk di sekitarnya.

"Hai, Delam."

"Hm," Delam hanya menyahut dengan gumaman. Itu pun terdengar terpaksa.

"Sombong bener hm-hm doang," ucap Erdin. Dia duduk di samping Zay, di hadapan Delam.

Dengan suapan besar. Delam menyelesaikan sarapannya. Kemudian meneguk cepat air mineralnya. Setelah botol kecil itu kosong, Delam meletakannya dengan keras di hadapan Erdin sembari beradu tatap sebentar, lalu pergi begitu saja.

Erdin terkekeh. "Typical ... Delam," ucapnya seraya melirik Zay saat mengucapkan nama adiknya itu.

Zay tersenyum miring. Geleng-geleng kepala melihat kelakuan sahabat dan adiknya.

-

"Makan siang buat lo."

Delam baru saja akan duduk di kursinya,
Freya menghampiri, mengulurkan lunch bag kecil.

Alis Delam terangkat. "Dari Mama Susan?"

Freya mengangguk. "Karena Tante Iren masih di rumah sakit, kemaren nyokap gue jenguk Zen," katanya.

"Oh." Delam melirik lunch bag yang kini ada di tangannya.

"Kenapa repot-repot?" tanyanya.

"Hhhhhhhhhhhh ...," Freya mengembuskan napas panjang.

"Udah deh, Lam. Jangan ngada-ngada, lo jajan yang nggak-nggak terus. Kemaren lo gak beli nasi, kan? Malah makan bakso sama Beno, Toni? Gue tahu. Udah ya, abisin! Kalo nggak nyokap gue marah,"
ucap Freya lalu gadis itu kembali ke bangkunya.

Delam menghela napas panjang. Meletakan lunch bag itu di kolong meja.
Melempar tasnya ke atas meja kemudian duduk, menidurkan kepala di atas tas.

"OYOYOY! Delam."

Dua makhluk penganggu datang terasa hawa sekitar jadi agak panas.

"Ke mana lo semalem ngilang gitu aja?"
Beno duduk di kursinya, menghadap ke belakang, ke bangku Delam.

"HEH, KURSI GUE!"

"Ah elah, Gri, pinjem bentar."

"Gak boleh! Noh, kursi lo ada."

Toni mendengus. Akhirnya menarik kursinya sendiri, tadinya mau narik kursi Gria yang duduk sebrang Delam.
Ya, emang dasar cewek pelit! Padahal dia gak lagi duduk di situ.

"Gue ketiduran," sahut Delam.

Beno geleng-geleng kepala. "No-no, gak mungkin. Lo lagi maen terus tidur gitu aja? Big no, Delam. Mata lo cuma tiba-tiba merem kalo lagi baca buku."

Delam 1999 (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang