PART 37

7.9K 612 77
                                    

Delam keluar dari ruang CT scan sembari menenteng hoodie, mengikuti Iren dan dokter untuk bicara di ruangannya. Cukup lama mereka mendengarkan penjelasan dokter. Delam tak begitu menghiraukan, dia sibuk menapik rasa kantuknya, hanya mengangguk refleks saat dokter bilang  'ya, Nak Delam?' Itu pun tak tahu apa yang diiyakan yang penting ngangguk saja dulu.

Iren menepuk lengan Delam. Membuat Delam menoleh dengan mata langsung melebar. Iren bangkit, Delam mengikuti.
Setelah mengucapkan terimakasih, mereka keluar.

"Ke mobil duluan sana, udah berat gitu mata."

"Mami?"

"Masih ada yang harus Mami urus."

Delam mengangguk. "Yaudah, Mami hati-hati."

"Kamu yang hati-hati, buka dulu matanya."

Delam menggeleng-gelengkan kepala.
Heran kalo ngantuk datangnya maksa banget.

-

"Udah selesai, Bu?"

"Udah, Pak."

"Mau mampir-mampir dulu gak, Bu?"

"Gak, Pak, langsung pulang aja."

Setelah percakapan singkat itu, mesin mobil menyala. Mobil melaju. Iren mengusap rambut Delam yang tertidur pulas, disentuh pun tak terganggu. Segitu lelahnya.

-

Emang kalo urusan tidur Delam yang paling jago, dari rumah sakit sampai tiba di rumah tak sedikit pun ada pergerakkan. Pulas.

"Kak, bangun. Udah sampe rumah, nanti dilanjut tidurnya di kamar." Iren menepuk-nepuk pipinya.

Delam menggeliat. Matanya terbuka, menyipit. "Udah sampe rumah?" tanyanya, melihat sekeliling.

"Udah. Yuk, turun."

-

"Mau lanjut tidur?"

Delam mengangguk, dia masuk ke dalam rumah setengah merem.

"Tar Mami bangunin buat makan."

"Mm." Delam menggumam sembari mengangguk pelan. Berbelok menuju kamarnya. Masuk. Menutup pintu. Berjalan menuju ranjang kemudian menghempaskan tubuhnya di sana. Meneruskan mimpi yang tadi terhenti.

--

"Vitaminnya jangan lupa pada diminum, lagi musim pancaroba. Mami gak mau ada yang sakit lagi."

Putra-putrinya menurut, setelah makanan habis, segera meneguk vitamin yang sudah Iren siapkan.

"Jangan ambil coklat yang ada pita biru."

"Cih, su'udzon mulu lo ma gue."

Delam menutup kembali pintu kulkas setelah mengambil sekotak susu soya lalu melangkah ke arah ruang keluarga.

"Delam, Mami mau ngomong, berdua."

Delam menoleh. "Berdua?"

Iren mengangguk. "Di kamar Mami, yuk."

"Hm? Ngomongin apa?"

"Yuk, ikut dulu aja." Iren merangkulnya.

Zen dan Ayya saling pandang, bertanya-tanya tanpa suara.

"Bang, kira-kira Mami mau ngomong apa sama Kakak?" Keduanya kompak mengeluarkan kalimat yang sama. Kembali si kembar saling pandang. Tampak shock.

Zay terkekeh. "Lo berdua bisa diskusi dalam hati, ya?" tanyanya.

"Waw, dalam sejarah, Zen. Ternyata kita bener-bener saudara kembar!" Ayya berseru heboh.

Sedangkan Zen hanya memutar bola mata. "Lo kira selama ini kita apaan?"
tanyanya. Males deh sama Ayya.

Delam 1999 (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang