Di penghujung tahun 1999, Iren melahirkan putra ketiganya. Putra yang kuat, bahkan begitu lahir ke dunia dia tak menangis. Seharusnya itu pertanda yang bagus, kan? Putranya jagoan.
Delamsyah Danesh Tri Tamarakana, nama itu yang mereka berikan. Bayi berkulit kemerahan yang sekilas terlihat normal, lahir dengan berat 2,8 kg dan tinggi 48 cm.
Di masa kehamilannya Iren termasuk ibu yang aktif. Entah, sejak bulan pertama kehamilan si anak ketiga stamina Iren seakan jauh bertambah, bukannya lemas seperti pada fase trisemester pertama kehamilan pada umumnya, Iren malah seperti punya energi yang tak habis-habis, dia bisa mengurus dengan baik putra keduanya yang masih bayi dan putra pertama yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Walaupun ada pengasuh, tapi sebagian besar Iren yang mengerjakan, bersikukuh ingin mengurus putra- putranya sendiri sebisa mungkin.
Selain mengurus kedua putranya, Iren juga rutin berolahraga, bahkan beberapa kali ikut mendaki gunung walaupun tak sampai puncak. Iren sendiri merasa aneh, malah jika dia tak bergerak perasaannya tak tenang. Sampai hamil tua pun Iren masih aktif beraktivitas. Di bulan prediksi kelahirannya, Iren sempat mengikuti lari marathon bersama sang suami, membuat semua orang penasaran seperti apa anak ketiga Tama yang membuat energi sang ibu tak habis-habis.
Anak nakal ... satu bulan lewat tanggal prediksi kelahiran, si bayi tak juga menunjukkan tanda-tanda ingin keluar,
sama sekali tak ada kontraksi. Iren tak bisa melakukan operasi caesar karena jarak kelahiran putra kedua dan ketiganya hanya satu tahun, dokter tidak menganjurkan. Tapi jika menunggu
si jabang bayi siap keluar dengan sendirinya sepertinya dia belum ingin keluar, hingga pada akhirnya dokter memberikan perangsang, itu pun memakan waktu dua hari sampai
si jagoan akhirnya siap terlahir juga.Iren menangis dipelukan Tama antara bahagia dan benar-benar bersedih. Kesalahan mereka yang membuat jarak kelahiran putra kedua dan ketiganya tidak begitu jauh. Dokter sudah mewanti- wanti kehamilan ketiga Iren rentan karena rahimnya belum sepenuhnya siap, tapi kenyataan kalau kandungannya berkembang baik-baik saja, membuat semua pikiran buruk itu hilang, putranya kuat buktinya Iren semakin kuat saat mengandung.
Tibalah sang putra ketiga akhirnya terlahir. Bayi jagoannya itu. Menjadi
... rasa bersalah terbesarnya Iren.-
Rumah sakit adalah rumah kesatu Delam dan rumahnya adalah rumah kedua. Tapi sepertinya Delam tak punya rumah kedua, keluarganya hidup berpindah-pindah sementara Delam menetap.
Tapi saat usianya akan menginjak 6 tahun orang tuanya menetap untuk sementara waktu di kota yang sama tempat dia tinggal, dan saat itulah Delam diberi kesempatan merasakan suasana rumah untuk beberapa waktu, merasakan kehidupan normal. Bisa mengenal dan bermain dengan Arsen dan Freya, dua sepupunya yang tinggal tak jauh dari rumahnya. Walaupun geraknya dibatasi, tapi setidaknya Delam bisa merasakan sedikit masa kecil yang normal itu.
Tapi Tuhan hanya memberikan waktu beberapa bulan untuk Delam merasakan kehidupan yang normal sampai di suatu sore tubuhnya terjatuh.
Operasi keduanya di usia 6 tahun yang membuatnya terkurung lagi, dan tak tahu sampai kapan. Dari situ Delam kecil mengerti, mengapa dia tak bisa tinggal bersama dengan keluarganya, bukan karena orangtuanya jahat, tapi memang tak bisa. Dia beda, kata maminya, Delam istimewa.
--
"Hey, Kakak lagi apa?"
Bocah berusia 7 tahun itu tersenyum lebar. "Lagi gambar," sahutnya.
"Liat ... ini Ibu, ini Suster Bia, ini Om Dave, ini Dokter Hansen, ini Suster Anna. Aku baru bisa gambar segini, sisanya nanti aku gambar Mami, Papi, Mas, Abang, sama Adek-adek," celoteh bibir mungil itu mengabsen orang-orang terdekatnya yang sudah dan akan dia gambar di buku gambar yang dia miliki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Delam 1999 (Selesai)
Novela Juvenil**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Butiran debu