PART 1

14.4K 678 18
                                    

“Delamsyah Danesh ....”

“Delamsyah Danesh ....”

“Delamsyah, gak ada?”

Seisi kelas secara serempak menengok pelan ke arah bangku ketiga pojok kanan, cowok penghuni bangku itu tampak sedang menerawang jauh. Entah karena budek atau roh dari cowok itu sedang bepergian, suara lembut sang wali kelas baru jadinya seperti tak terdengar.

Brukk...

“E-BANGSAT! SETTAN LO! APAAN, SI?!” sentak Delam, refleks mengumpat sembari menengok ke belakang, melirik sengit si tersangka yang baru saja menendang keras kursinya.

Semua hening ... terbuktikan mulut Delam itu, setara dengan sampah :).

Toni menggerakan bola mata ke arah depan, membuat Delam tersadar, dia sedang berada di dalam kelas dan kini seorang wanita paruh baya sedang menatapnya dengan senyuman lembut.

Delam mengembuskan napas lega, untung saja yang menjadi wali kelas barunya, terkenal sebagai guru yang paling baik.

“Mulutnya dijaga ya, Delam. Dan jangan melamun di dalam kelas.” 

Delam tersenyum kikuk, merasa malu. “Iya, Bu. Maaf,” cicitnya.

Seisi kelasp un hanya bisa geleng-geleng kepala sambil berdecak-decak.

Plukk ...

Sebuah kertas yang diremas kecil, terlempar tepat ke mejanya.

 ‘Jangan ngelamun dulu bosku masih semester awal nih.’ 

Delam mendecih, melirik sekilas cewek di ujung sana, yang sedang duduk bersedekap memandangnya, dengan sebelah alis terangkat. Delam mendelik, tak banyak peduli, dia menengok ke belakang.

“Ton, abis ini jam kosong, kan, ya?” tanyanya berbisik agar tak terdengar bu Mima yang masih mengabsen.

“Kenapa? Mau cabut?” Temannya balik bertanya.

Delam memandang ke depan sekilas, memastikan wali kelas sedang lengah, lalu menengok lagi ke belakang

“Game online belakang,” bisiknya.

“Oke.” Toni menyahut dengan senang hati, mengacungkan jemari yang dibentuk bulat, mengisyaratkan ‘oke’.

--

"ARSEENNN!!!! TONI, BENO, DELAM, NIIH!!! MAU BOLOSSSS!!!!!"

Ketiga cowok yang berjalan perlahan di halaman samping kelas, langsung menoleh ke arah cewek yang mengintip mereka dari balik jendela, pasti cewek itu berpijak ke atas kursi karena jendela yang mengarah ke halaman samping itu lumayan tinggi.

"ANJ--" Baru saja Delam akan mengumpat, kepala Arsen nongol dari jendela yang di buka, si ketua kelas IPS 5 yang punya garis wajah tajam dan tegas. Tatapan matanya selalu memberikan aura pemikat membuat siapa pun hanya bisa diam dan tunduk.

“Mau pada ke mana lo bertiga?” tanya Arsen dengan nada bicaranya yang tegas.

Toni nyengir. “Itu, Sen, ngadem di sana, ” katanya seraya menunjuk asal halaman belakang yang ditanami rumput hijau, berbagai bunga, dan sebuah pohon beringin besar yang sering dijadikan akses murid-murid untuk mabal.

“Sejuk lo Sen di sana, lo mau gabung?” Kali ini Beno yang ikut memberikan cengiran lebar, mencoba beralibi seperti Toni.

Delam pun sejak Arsen nongol hanya menampilkan senyuman lebar. “Eh, mendingan kita ke kantin aja, yok. Laper dah, makan dulu,” ajak Delam sembari menepuk lengan kedua temannya.

Delam 1999 (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang