Sehari sebelum ulang tahun si kembar.
Delam memberikan sesuatu yang membuat mata Ayya berkaca-kaca dan mulut Zen menganga sambil terus mengeluarkan seruan: 'woahh.'"Bagus banget," seru Ayya sembari terus melihat-lihat beberapa goresan pensil yang apik dalam lembaran sketchbook yang dipigura rapi. Gambar Ayya dan Zen, persis dengan yang di foto. Seingat Ayya, foto itu ada di dalam album foto lama. Dari mereka bayi baru lahir yang hanya berdua dan yang dipangku oleh Iren dan Tama. Terus saat mereka mulai tengkurap, merangkak, dan berdiri. Tama dan Iren memang selalu mengabadikan perkembangan mereka saat kecil. Dan Delam menggambarnya dengan sangat bagus, walaupun hanya sebatas goresan pensil. Sampai gambar saat ini, ketika Ayya dan Zen sudah beranjak dewasa. Ada juga yang dibuat sendiri-sendiri. Semuanya persis, coretan tangan Delam tak ada yang melenceng.
Ayya sampai meneteskan air mata saking bagusnya, yang kemudian dihapus dengan cepat. "Bagus banget, Lam," katanya memandang Delam dengan mata merah.
"Lebay lo!" sahut Delam, acuh, orang itu lagi tiduran di sofa.
Zen mendekat dengan cepat, mengecup kening kakaknya, lalu buru-buru kabur.
Delam terkesiap, melebarkan mata. "Zen! Apa-apaan, ih?! Ternodai jidat gue," omelnya sembari mengusap-usap jidat dengan mata melotot. Berani-beraninya Zen menodai jidat sucinya.
Zen tertawa di belakang sofa yang diduduki Ayya. Ayya pun tertawa.
"Bagus, Zen," kata Ayya, mengacungkan telapak tangan pada kembarannya. Tos.
Gambar-gambar dalam pigura itu akan mereka pajang di sepanjang jalan di dalam ballroom menuju podium, di pesta ulang tahun mereka besok.
--
Tidak becanda. Balroom hotelnya benar-benar luas dengan tampilan menonjolkan kemewahan, tapi tak berlebihan. Dekorasinya paduan warna gold dan biru langit. Banyak bunga-bunga. Pasti semua keinginan Ayya. Zen mah pasti iya-iya aja. Di depan sana, pusat dari perhatian, ada kue ulang tahun besar tingkat tiga yang di atasnya berdiri miniatur Ayya dan Zen memakai gaun dan jas. Tak lupa layar besar berbingkai ukiran dan bunga, yang menunjukkan tulisan ...
Zennaya
15
Zennara
Kayak bocah. Delam memutar bola mata melihatnya. Tapi pestanya macam orang mau kawinan. Delam duduk di kursi melingkar ditemani Zay, paling depan.
Menunggu teman-temannya datang. Dia mengundang satu kelas, disuruh Iren.Acara akan dimulai beberapa menit lagi. Tamu undangan sudah mulai berdatangan. Saudara-saudaranya yang sebagian tak Delam kenal, mereka sudah sampai sejak tadi. Teman-teman mami dan papinya juga ada, tapi Delam acuh, tak begitu kenal juga. Yang dia kenal hanya Mama Susan, Bunda Ami, Arsen, Freya, dan Dzikra yang sekarang sedang berkumpul di satu meja, mengobrol dengan maminya. Semua berpakaian rapi. Wanita mengenakan gaun atau dress dan pria dengan setelan jasnya. Benar-benar sensasi promnight. Delam suka.
Tapi Sayang sekali. Delam sudah keren dengan setelan jas hitam yang membalut kemeja putihnya. Eh, ke bawahnya malah memakai sandal kokop dengan kaki dibalut kaos kaki. Gara-gara bengkak yang tak membaik, membuatnya kesulitan memakai sepatu.
"DELAMMMM!!!!" Suara teriakkan melengking teredam oleh kerasnya musik, tapi masih terdengar. Yang pertama datang adalah Renata and the gang: Lalin dan Daisy. Mereka langsung tersenyum dengan semburat merah, begitu matanya melihat Zay. Siapa lagi yang bisa membuat betina kelasnya tiba-tiba jinak seperti itu.
"Hai, Kak Zay," sapa Renata, tiba-tiba jadi sok imut.
"Hai." Zay membalas dengan senyuman.
Udah jinjit-jinjit kegirangan aja tuh kaki-kaki betina.

KAMU SEDANG MEMBACA
Delam 1999 (Selesai)
Ficțiune adolescenți**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Butiran debu