"Haiiiiiiii, Dolaaammmmmm!!!!"
"OY, Delam! Apa kabar lo?"
"Lam, Lam, kangen gue gakkkk????"
"Mana-mana, Delam?"
"Widihhhhh, cakepan lo di rumah terus."
Delam mendecak, wajah teman-temannya nampak di layar handphone, berebutan ingin masuk layar.
"Delammmm ...." Freya muncul. Melihat wanita itu tak aneh, baru saja kemarin datang ke rumahnya dengan Mama Susan.
"Sen-Sen."
Yang dipanggil, menoleh, lalu tersenyum melambaikan tangan sembari menyapa.
"Liat tuh apa yang lagi mereka pasang di mading," kata Arsen menunjuk mading di belakang yang lagi dikerubuni anak-anak lain.
"Liat, yookkkk ...." Renata yang megang handphone melangkah cepat menuju tempat mading kelas berada. Teman-temannya ribut mengisi mading. Heboh dan kacau.
"MAXIII!!!! Lo tuh pendek jangan sok-sokan. Toni aja yang tinggi," teriakkan terdengar.
"Hallllaawwww, teman-teman!!!" Renata memanjangkan tangan menghadapkan layar ke kerumunan, yang langsung pada menoleh. Kemudian mereka memekik riang saat melihat siapa yang ada di balik layar.
"Weiii, Lammm!!!"
"Delam duo duet lo noh jahat banget!"
Maxi mengadu perihal Jenit yang menyebutnya pendek tadi.
"Liat mading kita." Renata mengalihkan kamera jadi kamera belakang, tidak mempedulikan Max yang memang selalu ternistakan.
"Foto kita-kita. Dari awal masuk nih, pas tampang-tampangnya masih kek kanebo kering. Sampe ... ini." Renata menunjuk satu foto lain. Foto bersama satu kelas, saat acara tahunan kemaren yang harusnya damai, tapi malah rusuh.
"Mulai kelebihan tingkah, caur. Terus ini nih, foto-foto aib candid terbiadab. Yang motret emang gak punya hati nurani."
Yang dimaksud Renata adalah Foto candid kecil-kecil yang disatukan. Aib semua, ada yang lagi tidur dengan mulut menganga, ada yang pas mukanya lagi kayak nahan boker. Satu kelas, yang cantik, yang cakep, semua ada aibnya.
"Ini lo, Lam, komuknya gak da dua. Bwahahahhahahhaha!!!!"
Beno, Arul, dan Didit terbahak puas. Memang sialan, mereka si pelaku pemotretan waktu itu.
"Berisik lu!" geram Delam, kalau ada di sana pasti udah dia tabok satu-satu. Kalau tentang foto aib, yang paling banyak ya, pasti foto dia, komuknya yang susah dikontrol memang selalu jadi sasaran empuk untuk paparazzi, pemburu aib.
Panggilan video terus berlanjut, teman-temannya berlaku seolah Delam masih bagian dari mereka, memperlihatkan seisi kelas baru, sebagai siswa kelas XII yang kini berada di lantai 2. Tak ada yang berbeda, walaupun Delam bukan lagi bagian dari mereka. Mereka tetap sama, teman laknat nyerempet ke dajjal, tapi untuk kesolidaritasan Delam akui, tak ada dua.
Sayang sekali, wali kelas baru masuk untuk perkenalan, jadi panggilan video terpaksa dimatikan. Delam mengembuskan napas panjang. Meletakan handphonenya, kemudian beranjak menuju balkon. Ayya-Zen sudah masuk sekolah, Zay pun sudah sibuk di kampus, sedang masa ospek. Semuanya sibuk, hanya Delam yang menganggur. Gabut. Di balkon pun tak ada apa-apa. Burung-burung yang biasanya nampak beterbangan di jajaran pohon cemara terbang ke pohon mangga pun sekarang tak nampak sama sekali. Apa burung juga sedang punya kesibukkan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Delam 1999 (Selesai)
Teen Fiction**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Butiran debu