'Allahu akbar ... Allahu akbar'
Suara adzan berkumandangan dari aplikasi pengingat di handphone. Sudah yang kesekian kali mengingatkan waktu beribadah, tapi kesekian kalinya diabaikan. Dimatikan. Lalu si empunya melanjutkan tidurnya. Tapi mata Delam kembali terbuka, riuh suara di kepala membuatnya tak bisa lagi memejamkan mata. Ini sudah beberapa hari. Diraihnya handphone. Delam butuh seseorang. Dia mengirim pesan kepada orang yang tak pernah lagi dia hubungi, hanya nomornya saja yang masih tersimpan di kontak. Di sini pukul 18.00, berarti di tempatnya berada kemungkinan pukul 20.00. Berharap saja orang itu sedang senggang.
Tringg ...
Handphonenya menyala. Delam membuka pesan itu.
Wa'alaikumsallam, Lam. Gak lagi ngapa-ngapain, kenapa?
Gue lagi butuh pencerahan iman nih, boleh telepon?
Tak disangka nomor itu langsung muncul, memanggil.
"Assalamu'alaikum," sapa seseorang di telepon, dengan suaranya yang selalu terdengar sopan sekali di telinga.
"Wa'alaikumsallam." Delam menyahut.
"Apa kabar, Dul? Maaf ya, gue hubungin lo pas ada butuhnya," ucap Delam. Merasa tak enak hati juga sebenarnya, tapi tak ada yang bisa diajak bicara untuk masalahnya ini, selain Abdul.
"Alhamdulillah baik, Lam. Kamu gimana? Gak apa-apa, Lam. Kenapa?"
Delam bangun dari posisi tidurnya, menjadi duduk bersandar. Di luar sudah gelap, tapi dia belum menutup gorden.
"Kurang baik sih, Dul. Mmm ... gue lagi butuh pencerahan iman nih, lagi kacau banget gue." Delam terkekeh.
"Dengerin cerita kamu aku siap, Lam, tapi buat masalah tentang iman, ilmu aku kurang sih, tapi aku bakal tetep bantu sebisa ku kok. Ada apa?"
Delam tersenyum. "Makasih, Dul. Gue butuh lo buat yakinin gue. Eh, beneran lo gak lagi sibuk?"
"Nggak, santai aja, Lam. Kamu lagi kenapa? Sakit?"
Ini Abdul kalo cewek, udah bikin Delam ingin memiliki. Delam mengangguk, walaupun Abdul tak akan melihat.
"Iya, gue sakit," sahutnya pelan. Kemudian terjeda beberapa lama, Abdul di sebrang sana pun tidak mengeluarkan suara.
"Tuhan itu, beneran ada gak sih, Dul? Gue mempertanyakan itu dari kemaren."
Katakan mental Delam sedang berantakan. Air matanya jadi mudah sekali jatuh, dan pikirannya kacau. Delam membiarkan air matanya menetes, tapi tak akan membiarkan isakannya keluar. Malu lah.
"Gue udah lama sakit, Dul. Ada masalah sama jantung, tapi udah dari sebelum masuk SMA gue sembuh karena transplantasi, terus pas kemaren awal masuk kelas 2, gue tiba-tiba ngerasa sakit lagi. Gue emang bukan orang yang tahu ibadah sebelumnya, tapi gue berusaha buat jadi lebih baik, dari beberapa bulan kemarin sebisa mungkin gue belajar gak lewatin sholat, karena itu emang kewajiban sih, tapi yaa, sebagai manusia gue gak munafik, ada do'a yang gue panjatkan dan berharap Allah denger.
Beberapa bulan kemaren masalah di jantung gue jadi serius, terus gue operasi, alhamdulillah kata dokter operasinya lancar. Setelah itu gue ngerasa enakkan, gue bisa lakuin kegiatan seperti biasa. Semuanya bejalan lancar, sampai kemarin gue ngerasain sakit lagi. Dan dokter malah bilang kondisi gue sekarang gak baik. Gue jadi mempertanyakan, Tuhan itu ... ada gak, sih, Dul? Dia di mana? Kok gak bantu gue?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Delam 1999 (Selesai)
Teen Fiction**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Butiran debu