Terhitung dari hari dianterin vaksin lusa kemarin, sampai saat ini, Ayya bener-bener marah. Di rumah, dia gak noleh sedikit pun ke Delam. Iren pun jadinya ngomelin Delam karena Ayya ngadu.
"Zen, kembaran lo marah, gue harus apa?"
Zen lagi ngerjain tugas kuliah yang bejibun.
"Dahlah, nanti juga baik lagi." Hanya menanggapi kakaknya yang lagi tiduran di kasur, dengan seadanya.
"Nggak, keliatan marah banget."
Delam bangun, menghela napas panjang.
Membuka handphonenya. Ada ajakan mabar dari Setya, temennya Zay yang jadi akrab banget sama dia, tapi Delam sedang tidak mood. Disimpannya kembali handphone itu. Menghempaskan lagi tubuhnya ke ranjang empuk Zen."Sekarang tanggal berapa, Zen?"
"Tanggal 5." Zen menyahut tanpa menoleh.
"Gue gajian tanggal 7."
Zen menoleh. "Lo emang beneran magang di tempat Mas?"
Delam mengangguk.
"Digaji? Kata Ayya kerjaan lo cuma diem doang," ucap Zen, tanpa berpikir hati Delam mungkin akan tersenggol mendengarnya.
Halahh, mana ada hati kakaknya kesenggol, muka Delam lempeng-lempeng aja. Gak ngerasa dosa sama sekali.
"Gue maksa. Pokoknya magang, pokoknya harus digaji. Lagian Ayya tuh hoax. Gue kerja kok. Kalo di tempat Mas gabut, gak ada kerjaan. Gue pergi ke rumahnya. Bantuin Kak Jowi masak atau bantuin Kak Jowi siapin barang pesenan."
Kak Jowi itu istrinya Prada, baru menikah beberapa bulan yang lalu, punya bisnis perhiasaan custom.
"Emang lo gak pernah punya tugas ya, Kak? Bebas banget keliatannya," kata Zen yang kadang iri melihat Delam yang selalu keliatan santai banget.
"Punya," Delam menyahut tanpa beban. Karena tugas bukan beban. Yang menjadi bebannya sekarang, hanya Ayya yang udah dua hari ini ngambek, gak selesai-selesai.
Drrttt ... drrtttt ...
"Ada, kan, Mbak? Oke, saya ambil deh sekarang." Delam beranjak setelah menerima teleponnya.
"Mau ke mana?" tanya Zen.
"Ada urusan bentar," Delam menyahut.
Kakaknya membuka pintu lalu keluar. Menutup pintu, tapi kemudian nongol lagi.
"Eh, Zen, lo mau titip apaan gak?"
Zen menggeleng. Adiknya yang satu itu memang tak banyak mau, coba kalau Ayya yang ditawarin kayak gitu.
"Mm, pizza. Kalo lo nugas, lo suka sambil makan pizza biasanya," ucap Delam, menyimpulkan sendiri, lalu menghilang di balik pintu yang ditutup pelan.
Zen tersenyum, kemudian melanjutkan tugas.
--
KAMU SEDANG MEMBACA
Delam 1999 (Selesai)
Teen Fiction**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Butiran debu