PART 8

6.4K 556 26
                                    


*Sebelumnya tolong ya, aku tahu kamu ada yang plagiat copas. Mungkin ini masalah sepele buat kamu, tapi buat aku yang bikin cerita ini pake effort, rasanya gak rela dicopas gitu aja, walaupun kamu edit sedikit dan ganti nama castnya, tapi tetep secara keseluruhan aku kenal alur sama dialognya. Tolong udahan copasnya, dihapus ceritanya, terimakasih. Bikin cerita sendiri bisa kok, yok, bisa yok.

---

"Eh, Lam, sini makan."

"Mas, maafin gue, ya." Delam berdiri di samping meja makan dengan botol air mineral dingin yang barusan dia ambil.

Prada tersenyum tipis, menghentikan gerakan garpu dan sendok di tangannya.

"Duduk dulu, udah makan belum?"

Delam menarik kursi, duduk di sana.
Matanya tak sedikit pun melirik masakan yang ada di atas meja makan.

"Kenapa Mas gak pernah marah?"

Prada menoleh dengan alis terangkat. "Kenapa Mas harus marah?" tanyanya balik, dengan santai.

Delam mendesah. "Harusnya kalo aku salah, Mas marah aja gak apa-apa. Tampar sekali pun gak apa-apa," katanya lalu beranjak, tanpa berucap lagi. Melangkah kembali menuju kamar. Delam turun hanya untuk mengambil air minum, tapi kebetulan ada Prada di meja makan.

"Mau ke mana? Kalo ada yang mau diomongin, ngomong aja sama Mas," Prada berucap menaikkan volume suara karena Delam sudah berjalan menjauh.

"Gak ada kok, Mas. Makasih." Delam berbalik sekilas, lalu kembali melanjutkan langkah.

Prada hanya bisa menghela napas panjang. Untuk mendekati Delam, ada batas yang tak terlihat.

"Lah, balik juga lo. Ke mana aja? Kirain gak kan balik lagi, padahal gue udah bahagia banget." Ayya dengan hotpans dan baju putih pendek, menuruni tangga dengan santai, berucap pada Delam.

Delam melirik adiknya itu. Dia baru mau menapakkan kaki di anak tangga. Melengos malas, tak menanggapi Ayya. Kenapa cewek-cewek dalam hidupnya pada galak-galak sii??? Maminya doang yang baik kayaknya.

"Gue mau ganti rugi. Weekend gue ancur gara-gara lo!"

Ayya menunjuknya. Delam mendongak menatap adik perempuannya yang berdiri di anak tangga, selangkah di atas pijakkan Delam.

"Harusnya kita dinner bareng di luar. Mami sama papi juga udah janji kita nonton bioskop bareng. Tapi gara-gara lo, semua jadi gagal!" Ayya mendengus kasar. Kesal. Sungguh kesal. Jika mengingat hari kemarin.

"Awas, minggir!" katanya kemudian dengan galak, sembari mendorong pelan tubuh Delam.

Delam mengembuskan napas panjang. "Oke, gue minta maaf," ucapnya tulus. Membalikkan badan menatap punggung Ayya. Sedikit merasa bersalah karena tampaknya sang adik sangat kecewa.

Ayya menengok ke belakang. "Hah. Apa? Gak denger. Yang namanya Kakak Delam minta maaf? "

Hhhhhhhhhhh ... Delam berusaha meredam emosi, bakal susah nih. "Gue minta maaf. Lo mau apa sebagai ganti rugi?" tanyanya dengan suara menahan intonasi tinggi.

"Gak mau apa-apa, gue udah terlanjur sebel sama lo." Ayya memutar bola mata lalu kembali melanjutkan langkah.

"Bodo amat!" Delam berkata pelan diakhiri dengusan. Sama seperti Ayya, melanjutkan langkahnya menaiki tangga.
Serah dah, SERAAHHHH!!!

--

Di pagi hari yang cerah nan indah ini.

"Bangsat!" Delam kembali berjalan ke dalam rumah dengan langkah cepat.

Delam 1999 (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang