***Sebelumnya tolong ya, aku tahu kamu ada yang plagiat copas. Mungkin ini masalah sepele buat kamu, tapi buat aku yang bikin cerita ini pake effort, rasanya gak rela dicopas gitu aja, walaupun kamu edit sedikit dan ganti nama castnya, tapi tetep secara keseluruhan aku kenal alur sama dialognya. Tolong udahan copasnya, dihapus ceritanya, terimakasih. Bikin cerita sendiri bisa kok, yok, bisa yok.---
Kemah berjalan agak beda dengan acara kemah biasanya, seperti kata Abdul, ini lebih santai, hanya untuk silaturahmi. Makan bareng, sholat maghrib berjama'ah, mendengarkan ceramah sebentar, sholat isya berjama'ah, kemudian acara bebas sambil perkenalan, pukul 21.00 api unggun diiringi sholawat merdu dan nyanyi-nyanyi lagu islami.
Cowok sama cewek dipisah, tidak boleh ada yang berduaan. Sayang sekali, biasanya kan acara kemah jadi kesempatan buat mojok berduaan malem-malem. Ah, kasihan, dalam acara kemah kali ini, kesempatan beduaan di bawah langit temaram itu, 'Haram'. DOSA! Setelah api unggun mulai padam, acara selesai dilanjut besok, hiking ke air terjun katanya.
Delam tidur di tengah, diapit Beno dan Toni. Kedua temannya sudah tampak terjun ke alam mimpi, tapi mata Delam tak mau juga terpejam, dipaksa pun tak bisa. Delam akhirnya memilih bangun,
merangkak pelan, membuka resleting tenda."Mau ke mana?" tanya Toni, memang telinganya sensitif pada bunyi, lagi tidur ada bunyi dikit pasti langsung terbangun.
Delam melirik. "Cari bintang," sahutnya pelan dengan mata yang melirik Beno yang terlihat sama sekali tak terganggu, tidurnya lelap. Delam keluar dari tenda pelan-pelan, memakai sandalnya, lalu melangkah dengan tangan dimasukan ke dalam saku jaket, udara malam di sini lebih dingin.
Tenda-tenda yang lain udah pada sepi. Panitia-panitia juga kayaknya udah pada tidur. Delam melihat ke atas. Langit berwarna biru gelap yang cerah, diterangi oleh bulan yang bulat sempurna dan ditemani bintang-bintang kecil yang tampak berkerlap-kerlip. Wah, benar kata orang, malam di sini memang lebih indah.
Kepala Toni nongol dari pintu tenda. "Ke mana?" Bertanya untuk kedua kali.
"Ke ujung sana, keknya bagus." Delam menunjuk ke depan.
"Gue ikut," ucap Toni keluar dari tenda,
melangkah menyusul Delam. Sama seperti Delam tangannya masuk ke dalam kantong hoodie, dipakainya kupluk hoodie dengan tali yang ditarik."Dingin banget gila." Toni mengusap-ngusap telapak tangan, sedikit menggigil.
Sekarang Mereka berdua berdiri di ujung bukit, tempat kemah yang mereka tempati tak jauh dari pemukiman. Dari atas bukit begini, lampu-lampu rumah di bawah sana terlihat seperti bintang-bintang, menyebar dan tampak hangat.
"Bagus juga tapi pemandangannya." Senyum Toni merekah. "Apa gue yang katro, ya. Biasanya yang diliat cuma lampu jalanan," sambungnya.
Delam hanya memandang lampu-lampu itu, tak bersuara, tiba-tiba dia duduk dan membaringkan tubuhnya di atas tanah.
Menghela napas panjang kemudian terkekeh."Jangan gitu dah, Lam. Gue takut lo ketempelan," kata Toni.
"Otak lo ketempelan. Sini dah, bagus banget kalo diliat di posisi gini."
"Ogah, kotor." Toni mendudukkan diri di samping Delam. Tak ikut-ikutan temannya yang berbaring nyaman di tanah berumput.
"Jadi ngantuk," ucap Delam.
"Jangan tidur di sini, gue gak kan sudi pindahin lo ke tenda."
"Sapa juga yang mau dipindahin." Delam menarik ujung bibir sembari menatap langit. Haaaaaaaaaaaahhhhh. Nyaman rasanya menikmati keindahan angkasa di malam hari. Membuat moodnya naik 100 %.
KAMU SEDANG MEMBACA
Delam 1999 (Selesai)
Teen Fiction**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Butiran debu