PART 65

7K 574 61
                                    


"Si cakep ini, jagoannya Mami." Perawat senior yang berusia sekitar 30 tahunan itu, meletakan lipatan selimut kecil dengan hati-hati di sisi kiri kepala Delam.

Perawat ramah itu sering mengobrol dengan Iren, jika Iren menemani di jam besuk ataupun jika sedang melihat dari jendela kaca luar. Beruntung tenaga medis di unit ICCU sini ramah-ramah, pintar-pintar merubah suasana tegang, jadi tenang. Terutama Ners Filia ini, biasa dipanggil Bu Fili, sejak awal Delam masuk ICCU, sepertinya ibu dua anak itu tertarik dengan Delam, dua anaknya cewek, jadi dia gemes sama anak cowok. Bu Fili merawat Delam sudah seperti anak sendiri, kepada Iren juga baik sekali, selalu menenangkan saat Iren kalut. Sesama seorang ibu, dia sangat mengerti perasaan Iren.

Pintu ruangan terbuka, seorang perawat lain masuk memberikan selimut hitam bercorak siluet putih, pemain basket dengan bola orangenya. Tama yang membawakan, dia ambil dari kamar rawat Delam, lalu memberikannya pada perawat untuk diberikan pada Iren.

"Makasih," ucap Iren.

Perawat muda itu tersenyum. "Dingin, ya?" tanyanya melirik Delam.

"Selimut kesukaannya," sahut Iren dengan senyum tipis

Perawat itu membulatkan bibir sembari mengangguk-angguk, lalu tersenyum, menutup pintu kembali.

Iren memakaikan selimut itu, merapikannya, agar Delam lebih hangat.

"Jam besuknya abis, titip ya, Bu Fili."

Bu Fili mengangguk, tersenyum lembut. "Mami tidur yang cukup, harus kuat, Delam selalu butuh maminya."

Iren tersenyum juga, kemudian kepalanya merunduk ke dekat telinga Delam. "Mami keluar dulu, ya. Kakak, baik-baik," bisiknya lalu mengecup kening itu lama sebelum pergi.

--

Iren dan Tama selalu tidur di kamar rawat Delam. Sebenarnya mereka bisa saja memesan hotel dekat rumah sakit, tapi tak sampai hati untuk meninggalkan putranya. Iren terlelap tepat di samping Tama. Tangan Tama merangkulnya, memastikan pujaan hatinya itu tertidur dengan lelap. Jaket kelas Delam selalu setia dipelukan Iren, harum tubuh putranya menempel lekat di jaket itu. Setelah memastikan Iren tertidur nyenyak, Tama pun memejamkan mata, sembari terus berharap, tak akan ada kabar buruk di esok hari.

-

"Mas."

Prada menoleh, terkejut melihat Tama yang mendatangi ICCU di malam hari begini.

"Mas ke sini kok gak bilang," ucap Tama.

"Tadi sempet ke ruangan. Aku liat Papi sama Mami udah tidur."

Tama mengangguk, lalu menatap Delam. "Papi kebangun, tadi mimpiin Delam. Susah tidur lagi, jadi mau liat dulu bentar."

Prada tersenyum tipis, mengalihkan kembali pandangnya ke depan, ikut memandang Delam di balik jendela kaca.

"Mas, mau nginep di rumah sakit?"

"Iya, mumpung besok lagi gak ada kerjaan. Waktunya Mami sama Papi istirahat. Besok biar aku yang jaga Delam."

Tama mengembangkan senyum tipis.

"Hari ini apa kata dokter?" tanya Prada.

Tama memandang lurus putra ketiganya  yang sejak masuk ICCU tak bergerak. "Tingkat kesadarannya masih rendah, responnya timbul tenggelam. Belum ada kemajuan lagi," sahutnya.

Prada menunduk sekilas. Dokter hanya dapat membantu mengembalikan kesadaran Delam, mengeluarkannya dari kondisi koma. Untuk menjadikan jantungnya ke keadaan lebih baik, lagi-lagi, hanya jantung baru yang dapat membantu.

Delam 1999 (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang