PART 21

12.3K 692 64
                                        


"Untuk sementara, kamar Kakak pindah sini."

Delam memutar bola mata malas, tapi langkahnya tetap mengekor di belakang sang mami, memasuki kamar kosong yang berada di lantai bawah.

"Sebagian barang yang ada di kamar atas udah dipindah. Mami juga tidur
di kamar sebelah kok, jadi kalo Kakak mau apa-apa gampang."

Delam tak terlalu mendengarkan. Pandangan matanya sibuk mengelilingi seisi kamar yang bernuansa cream putih itu, sprei yang kemarin berwarna putih sudah diganti dengan warna hitam dan merah sama seperti sprei yang ada di kamarnya. Lemari sepatu Delam sudah ada di pojok ruangan. Meja dan segala peralatan bermain gamenya juga sudah ada di sana, lengkap dengan kursi gamingnya. Ya, asalkan ada itu Delam tak akan merengek.

Iren berbalik, tersenyum menatap Delam. Menyibakkan rambut putranya yang kini berponi agak panjang. Hanya bertahan satu detik Delam memandang balik Iren, sedetik kemudian dia berpaling, memutar badan, melangkah ke belakang tempat meja dan peralatan bermain gamenya berada. PCnya sudah terpasang rapi, entah siapa yang memasang ulang, tapi semuanya persis sama dengan yang terpasang di kamarnya.

"Oke. Selama ada ini, aku gak masalah.
Mami juga gak perlu ikut tidur di bawah, tidur aja di kamar Mami, aku gak pa-pa."

"Nggak, Mami tetep tidur di samping kamar kamu," tegas Iren. Ya, keputusan maminya tak pernah bisa dibantah.

"Yaudah, Kakak istirahat, ya. Nanti Mami bangunin kalo makan malem."

Delam mengangguk, maminya keluar, setelah pintu ditutup. Embusan napas panjang langsung keluar dari mulutnya. Delam membuka hoodie yang dia pakai, sudah dari dua hari kemarin belum diganti, dia berjalan menuju lemari putih besar yang menyatu dengan dinding, pede kalo baju-bajunya pasti sudah dipindah ke sana.

Pintu lemari dibuka. Tuhkan, gak akan salah, maminya pasti telah menyiapkan semuanya dengan baik. Beberapa pakaian Delam ada di sana, ada yang dilipat dan beberapa digantung. Ya, belum dipindah semua. Lagian kan, Delam hanya sementara di kamar itu. Diambilnya satu t-shirt. Sembari memakainya, Delam membuka-buka pintu lemari yang lain. Penasaran, siapa tahu ada barang dia yang lain.

"Ck," decakkan keluar kala matanya menangkap sebuah tabung oksigen, nasal kanul, dan masker oksigen yang terlihat masih baru, terbungkus rapi tersimpan di dalam salah satu ruang lemari yang kosong. Melihatnya saja Delam malas, berharap benda itu tak akan terpakai, rajin banget maminya beli yang gituan.

Delam menutup pintu lemari itu. Melangkah menuju area bermain game.
Duduk di kursi gaming kesayangannya yang sudah beberapa hari ini tak dia duduki. Memakai headphone kemudian menyalakan PC. Dengan sebelah kaki ditekuk naik ke atas kursi dia meraih stik.  Okey, let's play game and forget reality.

"I-BANGSATTT, kaget gue!" Delam memegang dada dengan mulut terbuka.

"PAAN, SI!" teriaknya sewot. Melotot sembari membuka sebelah headphone. Tahu-tahu Zen ada di sampingnya. Bikin kaget. Zen berdiri dengan wajah cemberut. Sumpah gak cocok.

"Lagi bete gue sama Ayya,"  adu seorang Zen dengan wajah yang semakin dibuat cemberut.

Delam menatap. BE-TE-SA-MA-AY-YA! "Lah, terus urusannya sama gue HHAPAHHHHH???!!!!" Delam berteriak lebih sewot. Lagian Zen resek! Kakaknya lagi khusuk main game, tiba-tiba kepalanya nongol di depan muka, Delam kan kaget, pake alasan bete sama Ayya lagi. Yakk, terus apa hubungannya sama kakak Delammm??!! Harus gitu sebagai kakak dia ngehibur adek? Gak, sudilah! Gillee!!!!!

"Ajarin gue maen game dong, Kak."

Mata Delam memicing memandang aneh adiknya, tiba-tiba minta ajarin maen game. Random banget bocah.

Delam 1999 (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang