Liburan sekolah, seperti yang dijanjikan, mereka akan pergi berlibur lagi. Keputusan mau liburan ke mana selalu diberikan pada si kembar, yang tua-tua ngikut aja apa yang dipengen dua bontot. Tadinya Ayya mau ke negeri ginseng, tempat di mana idol-idol kesayangannya berada. Dan Zen maunya ke New Zealand, gak tahu itu anak liat apa tiba-tiba mau ke sana. Tapi sayang, untuk sekarang ini keinginan keduanya tak bisa dipenuhi. Kalau harus jauh-jauh, Tama tak mau ambil resiko pada kondisi Delam. Untungnya si kembar mengerti. Setelah diskusi panjang, mereka memutuskan untuk ke Bali, keluar negerinya lain kali saja saat kakak ketiganya sudah benar-benar sembuh.Seperti liburan sebelumnya, Ayya selalu menyempatkan diri merekam moment liburan untuk kemudian diedit, lalu dibagikan di channel youtubenya. Menyelam sambil minum air, bisa jadi pundi-pundi penambah kekayaan karena subscriber suka nontonin vlog keluarganya, sekaligus untuk menyimpan kenangan biar kalau rindu, nanti bisa dilihat lagi.
"Haiiiii lagiii!!!! Gue Ayya. Gue lagi di pesawat, mau pergi-pergi sama keluarga, liburan bareng buat yang kedua kali, seneng banget. Ngomong-ngomong gue lagi live ig juga."
Ayya menscroll layar handphone, membaca komentar-komentar yang mulai bermunculan.
"Kita pake private jet karena ada alasan, bukan karena gaya-gayaan ya, gue pribadi lebih suka penerbangan biasa yang banyak orang, tapi ya, seperti yang gue bilang, ada alasan," jelas Ayya diakhiri senyum. Dia menyahut pernyataan seseorang yang menyinggung perjalanan mereka dengan private jet mewah.
"Nih, Papi. Papiiiiii ...."
Tama melambaikan tangan, pria berusia pertengahan abad itu semakin terlihat keren saja dengan kacamata hitamnya. Selalu banyak yang memuji papinya di kolom komentar. Selalu banyak juga yang nanyain. Selera anak-anak jaman sekarang memang om-om. Papi gula-gula.
"Dan ini, Mami."
Begitu pun dengan Iren, kulitnya yang masih kencang padahal sudah berusia menjelang 50 tahun, rambutnya yang masih hitam dan tampak terurus, yang selalu diikat separuh, membuatnya makin terlihat muda, banyak yang memuji maminya itu.
"Haiii," sapa Iren pada kamera yang Ayya pegang.
"Mirip, kan, kita?" Ayya mendekat pada sang mami. Rambut mereka sama-sama diikat separuh. Sama-sama cantik.
"Dan ini, yang selalu kalian tanyain, ada Mas Prada."
Pasti yang nonton tambah meleleh melihat Prada dengan setelan santai. Celana selutut dan kaos putih, masnya menyapa dengan senyuman lebar.
"Dah, nanti kalian mabok," kata Ayya, kemudian mengalihkan kamera.
"Abang Zay."
Zay sedang menonton film, menyumbat telinga dengan airpod, jadi dia tak mendengar Ayya.
"Lagi serius nonton, guys. Zennara!"
"Hayyyy!!!" Zen tersenyum lebar, menyapa riang.
"Mau." Ayya membuka mulut, meminta cemilan yang sedang Zen makan. Zen menyuapi kembarannya itu.
"Makasih," ucap Ayya dengan senyum manis, yang nonton pasti iri.
"Satu lagi, makhluk mager ikut liburan. Kita baru terbang beberapa menit, udah tidur aja."
Ayya memperlihatkan kakaknya yang sedang tertidur, tampak nyaman dengan sandaran kursi diturunkan.
"Alasan kita pake private jet," ungkap Ayya kemudian.
"Gue close up biar kalian puas. Emang kayak bayi polos kalo lagi tidur, tapi kalo udah bangun." Kamera dialihkan menyorot dirinya. Menampilkan wajahnya dengan kedua ujung bibir ditarik naik dengan paksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Delam 1999 (Selesai)
Teen Fiction**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Butiran debu