PART 4

7.5K 588 14
                                    

"Apaan, si?! Lepas goblok!!! Malu diliatin orang." Tangan yang sedari tadi menarik kupluk hoodienya, akhirnya melepaskan. Delam dengan tatapan geram, menatap si pelaku. Merebut tasnya dari tangan salah satu antek-antek abangnya.

"Balik." Satu kata keluar dari mulut sang abang.

Tanpa sempat melawan, tubuh Delam dipaksa masuk ke dalam mobil. Bahunya didorong ke bawah agar merunduk. Pintu mobil langsung ditutup begitu Delam sudah terduduk di bangku belakang.

DUKKK!

"Mau lo apa, si?! NJING!!!" Delam berteriak, menendang keras kursi depan.
Tempat abangnya baru saja mendudukkan diri. Zay seakan tak mendengar, sudah biasa menulikan telinga untuk amarah yang dilontarkan adiknya.

"AH, BANGSAT!!!" Sekali lagi Delam mengumpat kasar seraya menendang dan memukul pintu mobil, berusaha membukanya, tapi tentu pintu itu sudah terkunci.

Mobil mulai melaju, si pengemudi tak akan terganggu oleh amukan Delam.

"Gak lucu, Zay! Gue mau keluar. Buka pintunya! Motor gue, ANJENG!!!!" Delam berteriak. Seperti orang gila, dia marah-marah sendiri dalam mobil.

"Mahes yang urus. Lo duduk manis aja udah. Jangan kayak bocah kabur-kaburan," ucap Zayyen atau yang lebih akrab disapa Zay, pria berkulit putih bersih dengan rahang tajam. Berstatus sebagai kakak kedua Delam yang bentukannya 360° sangat berbeda dengan Delam. Dari pakaian dan gayanya saja Zay sangat mencirikan title golongan atas, berbanding terbalik dengan Delam.

Delam tak bicara lagi. Wajahnya merah padam menahan emosi. Dia memilih untuk diam saja, percuma.

Mobil memasuki gerbang depan dan berhenti di pelataran rumah megah dengan campuran warna golden, cream, dan coklat yang sangat apik. Delam membuka pintu mobil. Melangkah keluar kemudian menutupnya kembali dengan bantingan keras. Berjalan menghentak dengan tas yang dijinjing.

'Apa yang disukai dari manusia arogant macem Zay, sih?! Anak-anak sekolah udah pada buta kali, ya!' Itu yang selalu ada dipikiran Delam tentang kakak keduanya yang dipandang sempurna di sekolah. Tidak hanya di sekolahan sebenarnya, di mana pun dia berpijak sepertinya.

--

"Weh, balik lo."

Delam hanya melirik sekilas adik perempuan yang berjarak dua tahun dengannya itu, tapi tingginya sudah hampir melebihi Delam, tubuhnya ramping semampai dengan kulit putih bersih macem Zay, rambut panjang lurus dan jago banget make up walaupun sekarang ini masih kelas 3 SMP. Zenayya namanya, dipanggil Ayya. Delam punya satu lagi adik, kembaran Ayya, cowok namanya Zenara, dipanggil Zen. Malah Zen sudah lebih tinggi dari Delam. Yang membuat kedua adiknya itu kadang berlaku seakan Delam seusia dengan mereka, tapi Zen lebih baik dari Ayya kalau soal menghargainya sebagai seorang kakak.  Ayya yang paling berlaku seolah Delam teman sebayanya. Ya, gimana, Delam tingginya mandeug segitu. Bentukan dan kelakuannya juga kadang tak mencerminkan seorang kakak.

"Dih, judes."

Suara Ayya sama sekali tak Delam hiraukan. Dia menaiki tangga rumahnya yang punya undakan lebar itu. Melangkah dengan cepat menuju kamar. Setelah membanting pintu kamar, Delam melempar tas ke atas meja belajar kemudian langsung menghempaskan tubuh ke ranjangnya. Tidak tahu kenapa tiba-tiba emosi menumpuk di dada, gara-gara si Zaynudin! Embusan napas Delam berderu cepat. Berkali-kali menarik udara dari hidungnya dan mengeluarkan dari mulut perlahan. Berusaha menenangkan diri kembali.

--

Delam terbangun saat suara alarm di handphone berbunyi. Dengan mata menyipit mematikan alarm dan melihat jam yang tertera di sana.

Delam 1999 (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang