📏12. Actually, She's Not Fine💊

47 11 0
                                    

12. Actually, She's Not Fine

Terkadang menganggap semua yang sulit dilakukan adalah sebuah masalah, memang bukanlah sepenuhnya tepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terkadang menganggap semua yang sulit dilakukan adalah sebuah masalah, memang bukanlah sepenuhnya tepat. Cara menyelesaikannya lah yang perlu diperhatikan atau jangan-jangan diri sendiri yang menghambatnya. Karena diri sendiri bisa jadi penyebab kerumitan dari sebuah persoalan. Pikiran kita terlalu liar untuk masalah yang tidak perlu membutuhkan effort lebih untuk menyelesaikannya.

"Are you feeling better now?" Mark tiba-tiba sudah berdiri di samping Arga yang sedang menikmati langit siang di balkon rumah Maminya Mark di London.

Arga mengangguk, tangannya bersedekap, "I feel better than yesterday. Thanks Mark, to bring me in here."

"It's very thankful. Great, i'm glad to hear it," Mark tersenyum. "Tidakkah kau perlu memberi kabar ke Tsabita, supaya dia tidak memikirkanmu terus? It's bad to wait for news. For a girl is very annoying. Like disturb thoughts all day long." Mark sangat tahu, bagi perempuan menunggu kabar adalah sesuatu yang menganggu pikiran dan itu membuat terhambatnya aktivitas mereka. Mark tahu, karena Cecilia pernah mengatakan kepadanya bagaimana menunggu kabar Mark itu, menganggu aktivitas Cecilia seharian penuh. Itu pun gara-gara, dahulu, ia sangat sibuk dan tak sempat memberi kabar kepada Cecilia.

Arga menghembuskan napasnya pelan, menyugar rambutnya, "Thanks for your attention Mark, but you must hear me. Kau bisa jadi temanku di sini, tetapi tidak untuk menjadi penasihat masalah pribadiku. Aku rasa kau terlalu jauh ikut campur dengan urusanku. Cukup sekali kau ketahuan menghubungi Bita dan aku tak akan pernah lupa, Mark. And again, that's none of your business."

Mark tersenyum tipis, tidak tersinggung dengan kata-kata Arga, "Oh really? Okey, aku akan menjaga batasan-batasanku. I'm really sorry. Nikmati saja pemandangan ini biar hatimu lebih tenang. Anggap saja aku tak pernah bertanya yang demikian tadi. And enjoy it, man with a big ego!" Mark menepuk pundak Arga dan berlalu dari balkon. Arga hanya memandang punggung Mark yang menghilang di balik pintu.

"Keadaan sudah rumit dan aku rasa ini akan sulit," gumam Arga.

Smartphone Arga bergetar. Ia melihat layar smartphone nya, panggilan video dari Umi. Arga pun segera menerima panggilan itu.

"Assalamualaikum, Mi," salam Arga ketika wajah Umi sudah tampak di layar smartphone nya.

"Waalaikumussalam warahmatullah, Apa kabar, Kak? Tumben direspons cepat."

Arga mendengus, "Cepat respons salah, lama juga salah. Kayaknya Arga selalu salah deh, Mi."

"Iya karena Umi yang selalu benar," Maira terkekeh, "eh, itu kamu lagi di mana, Kak? Kok kayak asing gitu, tempatnya," Maira bertanya ketika melihat pemandangan di belakang Arga.

Dark Sky With(out) StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang