📏18. Time for Realize💊

43 8 3
                                    

18. Time for Realize

Proposal ta'aruf itu, jatuh begitu saja dari tangan Dokter Sahal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Proposal ta'aruf itu, jatuh begitu saja dari tangan Dokter Sahal. Tergeletak, tepat di bawah kakinya. Saat ini, ia sedang bersembunyi di balik dinding. Mencuri dengar beberapa patah kata dari dua orang manusia yang sedang bercakap-cakap sangat hangat, seperti sebuah keluarga. Akrab, erat, dan bersahaja. Kedua orang manusia itu, baru saja melewati Dokter Sahal yang sedang mengawasi di balik dinding. Dengan perasaan gamang, Dokter Sahal melanjutkan untuk mendengar percakapan keduanya.

"Ada tempat seru deh, Ga. Asyik pokoknya. Ayo kesana! Umi udah sering banget aku ajak ke sana," Tsabita berseru, sambil melihat ke arah Maira yang berjalan di belakangnya.

"Berarti aku banyak ketinggalan hal menarik dong selama ini!" balas Arga, tak kalah antusias menanggapi cerita tentang tempat menarik yang baru saja Tsabita jelaskan.

Tsabita menjentikkan jarinya, "Wah banyak banget! Jakarta aja berubah banyak setelah kamu tinggal."

Arga mengernyitkan dahinya, "Masa? Kayaknya ada dua hal yang nggak berubah, deh."

"Hah? Apa itu?" tanya Tsabita penasaran.

"Yang pertama, macet," jawab singkat Arga.

Tsabita mengangguk membenarkan, "Terus yang kedua?"

"Yang kedua, Umi. Umi selalu cantik buat aku pandang."

Tsabita tertawa, "Aduh, Umi pasti meleleh digombalin Arga!"

Suara dua manusia itu semakin kecil di telinga Dokter Sahal, karena sosok raga mereka semakin menjauh dari pandangannya.

"Pokoknya kamu nggak bakal nyesel deh, ke tempat yang aku ceritain itu. Ya kan, Mi?" Tsabita menoleh ke belakang lagi, meminta pendapat Maira.

Arga menggeleng pelan, "Iya-iya, udah jalan yang bener. Lama-lama kamu nabrak tembok lagi."

Kalimat bernada perhatian itu menjadi penutup aksi Dokter Sahal yang mencuri dengar.

"Dokter Sahal?" Seseorang menyapanya dari arah belakang. Dokter Sahal berjengit kaget lantas berbalik.

"Kenapa Dok?" tanya Ungu, menggernyitkan dahi. Ya, orang yang memanggil Dokter Sahal adalah Ungu, "maaf, saya mengagetkan Dokter, ya?"

Dokter Sahal menggeleng pelan, "Tidak ada apa-apa. Ada apa kamu memanggil saya?"

Ungu tersenyum, "Dokter dipanggil sama Dokter Wira. Saya tadi mengira Dokter masih di ruang uji sidang. Ternyata, ada di sini. Nah, kata Dokter Wira, kalau Dokter tidak ada agenda kegiatan lagi, Dokter Sahal disuruh untuk menghadap beliau. Begitu," jelas Ungu panjang lebar, "oh iya, Dok. Saya sekali lagi minta maaf mengagetkan Dokter," lanjut Ungu.

Dokter Sahal mengangguk, "Tidak masalah, tidak perlu minta maaf. Saya akan segera menemui Dokter Wira. Terimakasih atas informasinya."

Ungu mengangguk paham, "Ya Dok, sama-sama," ada jeda sejenak, hanya sebentar. Lalu, Ungu berdehem, "ehm Dok, saya boleh tanya sesuatu?"

Dark Sky With(out) StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang