📏14. Best Smile💊

44 10 0
                                    

14. Best Smile

Tsabita memaksakan senyumnya ketika berpapasan dengan Dokter Sahal di parkiran fakultas, sembari menyapa, "Siang Dok," Dirinya pun baru saja selesai mengurus administrasi untuk sidangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tsabita memaksakan senyumnya ketika berpapasan dengan Dokter Sahal di parkiran fakultas, sembari menyapa, "Siang Dok," Dirinya pun baru saja selesai mengurus administrasi untuk sidangnya.

Dokter Sahal mengangguk pelan, menjawab, "Siang."

"Saya duluan, Dok. Assalamualaikum!" Tsabita mengangguk takzim, menekan tombol pada kunci mobil yang ada dalam genggamannya. Dan seketika itu alarm berbunyi, tidak lama, namun tidak sedikit membuat orang-orang di sekitar parkiran menoleh sekilas.

Tsabita memasukkan tasnya di kursi penumpang sebelah kursi kemudi. Sebelum ia menutup pintu mobil, Dokter Sahal memanggilnya, "Tsabita!"

"Ya, Dok? Ada apa?" Tsabita keluar dari mobil, menatap ke arah Dokter Sahal yang berdiri tak jauh dari mobilnya.

"Untuk jadwal sidang dari bagian pendidikan, apa sudah keluar?" tanya Dokter Sahal.

Tsabita tersenyum, kali ini tulus, "Masih diajukan Dok, untuk disetujui Kaprodi. Nanti jika sudah ada jadwalnya, saya infokan ke Dokter," jawab Tsabita.

Dokter Sahal mengangguk, "Oke," Sebelum melanjutkan langkahnya, Dokter Sahal berucap, "Saya jadi yakin kamu bisa memainkan peran yang bagus dan saya percaya dengan apa yang tadi kamu katakan."

Tsabita mengernyitkan dahinya, "Maksudnya apa ya, Dok?"

"Kamu bisa jadi apa saja sesuai situasinya. Termasuk senyum kamu itu," Dokter Sahal kembali menatap ke arah Tsabita.

Tsabita tersenyum lagi, "Iya, Dok. Kan sudah saya bilang, saya bisa menjadi apa saja yang orang maupun situasi inginkan. Saya terbiasa dengan itu," ada jeda sejenak, "maaf Dok yang tadi. Saya memang benar-benar tidak sengaja."

"It's okay. Maaf juga saya kebawa suasana," Dokter Sahal berucap.

Tsabita menggeleng, "Tidak Dok. Itu kesalahan saya. Dokter tidak perlu untuk meminta maaf."

"Ya sudah terserah kamu saja. Yang pasti, saya juga harus meminta maaf karena bersikap keras tadi," Dokter Sahal berbalik dan melanjutkan langkahnya menuju mobilnya.

"Assalamualaikum, Dok," sindir Tsabita dengan suara agak keras. Dokter Sahal kembali berhenti, menoleh ke arah Tsabita, "waalaikumussalam."

"Tunggu sebentar, Dok," Tsabita mengambil sesuatu dalam dashboard mobilnya lalu berjalan mendekat ke arah Dokter Sahal. Angin berhembus, mengibarkan sedikit kerudung Tsabita, "teh hijau masih hangat buat Dokter," Tsabita menyodorkan tumbler miliknya ke arah Dokter Sahal.

"Untuk saya?" Dokter Sahal ragu-ragu untuk mengambil tumbler milik Tsabita itu.

"Iya, Dok. Bagus untuk meningkatkan konsentrasi. Takutnya di jalan dokter kenapa-napa," jawab Tsabita santai.

Dark Sky With(out) StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang