📏25. It's Difficult Choice💊

22 8 0
                                    

25. It's Difficult Choice

Pada akhirnya Maira dan Manaf mengetahui juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada akhirnya Maira dan Manaf mengetahui juga. Tentang hati, Tsabita dapat merasakan sejatinya perasaan itu, mudah menolak pun tak urung mudah terjerat dalam pelik.

"Umi, Abi, biar Bita saja yang kasih tahu Arga," ada jeda sejenak, "tentang Al, tentang Ungu. Boleh? Bita hanya takut, pertemanan kami hanya ada di permukaan, dan salah paham akan terjadi di dalamnya. Kami nggak pernah sekalipun menyembunyikan hal ini, sebelum jelas arahnya mau dibawa ke mana."

"Itu terserah kalian. Abi juga nggak mau ikut campur," jawab Manaf, melihat ke arah Tsabita.

"Alhamdulillah, biar Bita jelasin semuanya, Bi," ucap Tsabita lega.

Manaf mengangguk, "Kalian udah dewasa. Bertanggung jawablah dengan diri kalian sendiri."

"Jadi, kapan pernikahan Ungu akan diadakan?" tanya Maira, setelah hening beberapa saat.

Tsabita mengangkat piring kotornya sembari menjawab Maira, "Dua minggu lagi, Mi," langkahnya menuju wastafel dapur untuk mencuci piring.

"Lebih bagus memang disegarakan, kan Bi? Umi juga mau minta izin besok main ke rumah Rosa, Bi. Boleh?" Maira meminta izin kepada Manaf.

"Boleh, besok Abi yang antarkan Umi," Manaf memberi izin dengan syarat.

"Apa Abi nggak capek? Katanya besok ada meeting di Bandung?" Maira bertanya.

Manaf menggeleng, "Meeting bisa menunggu, Umi. Abi harus lihat Umi sampai kondisinya aman. Terus lihat Umi dengan Rosa yang," kalimat Manaf dipotong oleh Maira.

"Dia sudah sembuh, Bi. Jangan khawatir!" ucap Maira.

"Tapi Ra, ketakutan terbesarku itu, lihat kamu yang nggak baik-baik aja. Apa kamu nggak ingat bagaimana dulu dia," Manaf sudah mengganti panggilan dan Maira memotong pembicaraan Manaf lagi.

"Tolong Bi, itu sudah lalu!" Pembicaraan ini berlanjut serius dan harus berhenti ketika Tsabita kembali ke ruang makan.

"Umi, Abi! Sepertinya Umi dan Abi perlu banyak bicara setelah ini. Tsabita pulang aja, ya?" Tsabita meminta izin untuk pulang. Pasalnya, di dapur ia mendengar sayup-sayup pembicaraan antara Maira dan Manaf yang terkesan serius.

Umi menggeleng. Langkah Tsabita ditahan Maira, "Sudah selesai, kok! Umi setuju apa yang dikatakan Abi. Lagi pula, Umi belum kasih kejutan buat Bita."

Tsabita tersenyum, "Kejutan?" ulang Tsabita.

"Sini, Umi kasih kejutan itu sekarang," Maira menepuk bahu Manaf pelan, usai pembicaraan mereka. Lalu, bergegas pergi menuju ruang keluarga diikuti oleh Tsabita.

"Taa-raa!" Dua buah hadiah yang sudah dibalut kertas kado, Maira menyodorkannya ke arah Tsabita.

"Banyak banget, Mi. Ini dalam rangka apa?" Tsabita menerima hadiah itu. Bingung juga, seingatnya tidak ada hari spesial dekat-dekat ini.

Dark Sky With(out) StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang