📏57. Part of Secret💊

16 4 5
                                    

57. Part of Secret

"Ta, sekarang cuma ada kita berdua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ta, sekarang cuma ada kita berdua. Mama mau tanya sama kamu, selama ini kamu bahagia, kan? Kamu baik-baik saja, kan?" Firda memandang anaknya dengan tatapan penuh kekhawatiran. Naluri dan firasat seorang Ibu sedikitnya pasti ada yang benar. Firda merasa Tsabita seakan menutupi kesedihan dalam ekspresi di wajahnya itu. Juga perasaan tak tenang dalam hatinya sehingga ia memutuskan kembali pulang dan menemui putri satu-satunya itu.

Tsabita mengangguk, tanpa ragu, "Tentu Mama, kabar Bita juga baik, alhamdulillah."

"Bita, sekarang cuma ada kita berdua. Meski Mama dulu tak pernah menanyakan bagaimana perasaanmu, bagaimana hari-harimu, apa yang kamu hadapi, masalah apa yang sedang terjadi atau minimal bertanya kabar kamu. Kali ini, Mama sangat khawatir sama kamu. Apalagi melihat kamu hari ini. Bita, kamu semakin kurus. Mama cuma mau tahu aja, gimana kabar hatimu, baik juga?" ucap Firda. Ia memandang Tsabita sekali lagi. Ia sangat ingat terakhir kali bertemu, pipi Tsabita masih sedikit chubby.

"Mama kebanyakan berpikir. Bita baik-baik saja, kok. Mama bisa lihat kalau Bita baik-baik aja, kan? Nggak ada yang terluka, nggak sakit juga. Dan asal Mama tahu, Bita suka makan akhir-akhir ini lho. Mana mungkin Bita kurusan, Ma?" elak Tsabita. Ia tak terima dibilang kurusan.

"Kamu sendiri yang bisa merasakan, Bita. Mama hanya bisa bertanya dan mengomentari apa yang Mama lihat. Kalau kamu mengelak dan kekeh bahwa kamu baik-baik saja, Mama bisa apa selain percaya," Firda mengelus puncak kepala Tsabita yang masih tertutup oleh jilbab, "setelah menikah, Mama lihat kamu banyak berubahnya, Ta," tak salah Firda mengatakan hal seperti itu. Memang benar, senyum Tsabita dahulu begitu menggemaskan. Apalagi ditambah dengan pipinya yang tembam itu. Sekarang, makin lama pipi Tsabita makin tirus.

"Apa Mama khawatir kalau Bita enggak bahagia setelah Bita menikah dengan Arga? Kalau begitu, Mama kayak enggak kenal gimana Arga aja," Tsabita tersenyum untuk menyelimuti keresahan hatinya. Ia bisa saja membohongi perasaannya dari diri sendiri. Ia bisa saja menutupi apa yang sedang ia pendam dari semua orang. Namun, jika Mamanya bisa mendeteksi ketidakberesan pada kondisinya akhir-akhir ini, Tsabita perlu bertindak seperti apa lagi? Ia harus bisa bersikap sebiasa mungkin.

"Bukan begitu. Percaya apa enggak, Mama punya firasat kalau kamu rasa-rasanya lagi sedih. Mama kayak punya ikatan batin sama kamu, Ta. Dan melihat kamu yang kurus begini, Mama jadi berpikir begitu. Meski Mama dulu enggak pernah peduliin kamu, Mama juga enggak serta merta lepas dan enggak punya perasaan khawatir sama anak Mama. Walau Mama dulu sangat keras sama kamu. Mama ini, cuma mau memastikan aja, Ta. Lihat kamu hari ini, Mama udah mau berkomentar kalau kamu kurusan tadi. Tapi, Mama menahannya, takut kalau Arga mendengar dan merasa Mama nyalahin Arga karena enggak becus ngurusin istrinya."

Tsabita menggenggam tangan Firda, "Mama, Bita senang diperhatiin sama Mama. Bita senang ditanya-tanya sama Mama. Bita senang kalau Bita dianggap. Bita bisa terlihat di mata Mama. Bita senang banget," tak terasa, satu tetes air mata jatuh mengalir melalui pipi Tsabita, "tapi Ma," tak melanjutkan kata-katanya, Tsabita mulai menangis.

Dark Sky With(out) StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang