15. Worrying about Her
"Tante, Om?!" Arga sedikit terkejut dengan kedatangan kedua orang tua Tsabita yang berkunjung ke flat-nya.
"Apa kabar, Arga?" Firda tersenyum sembari melepas kacamata hitamnya, menaruhnya di atas kepalanya yang tertutupi kerudung bergaya modis masa kini.
"Alhamdulillah baik, Tante," Arga mundur sedikit untuk memberi ruang kepada Firda dan Hisyam untuk masuk ke dalam flat-nya, "Mari masuk Om, Tante!" Arga mempersilakan kedua orang tua Tsabita itu masuk ke dalam ruang tamu kecil miliknya. Konsep minimalis yang diusung, dengan sofa berwarna hijau muda dan meja kayu membuat ruang tamu kecil Arga lebih aesthetic dilihatnya.
"Bagaimana kabar Om dan Tante sendiri? Sehat bukan?" tanya Arga ketika Firda dan Hisyam sudah duduk di sofa yang berhadapan dengannya. Arga sendiri duduk di single sofa.
"Kami berdua sehat, Ga. Hanya saja kami dapat kabar tadi, Tsabita kurang enak badan," jawab Hisyam.
"Anak itu sedikit-sedikit sakit. Mau sidang aja harus sakit dulu. Putri kita itu memang seperti itu ya, Pa, dari kecil?" Firda menanggapi lebih lanjut pernyataan dari Hisyam.
"Inalillah, terus Bita sudah berobat kan, Tan?" tanya Arga, khawatir mengenai kondisi Tsabita. Ia sangat tahu Tsabita, tidak mungkin Tsabita mengeluh atas penyakitnya hingga mengatakan yang sebenarnya pada orang tuanya, melainkan ia sudah tidak sanggup lagi untuk menahan.
"Dia kan calon dokter, dia bisa mengatasi tubuhnya sendiri," jawab Firda santai.
"Calon dokter bukan berarti bisa mengobati diri sendiri, Tan. Sebagai makhluk sosial, Bita juga perlu orang lain untuk merawatnya," ucap Arga, masih bisa menahan emosinya.
"Tenang aja, Ga. Walau wajahnya terlihat sedikit lemas, dia masih semangat belajar buat sidang waktu Tante videocall," sahut Firda.
"Kamu nggak usah cemas, Ga. Bita anak kuat kok. Bita sendiri yang selalu menasihati Om, jika Om terkena flu atau demam. Bita selalu bilang begini, Papa harus kuat, penyakit itu jangan dimanjain, kita kan khalifah di muka bumi, masa iya kalah sama penyakit. Kalau sakit cepat-cepat kita minum obat, istirahat. Insyaallah badan kita lebih segar setelah beristirahat," ucap Hisyam panjang lebar, menirukan gaya bicara Tsabita.
Arga ingin menyangkal, tetapi itu akan membuat urusan menjadi lebih panjang. Ia menahan kata-kata yang ingin dilontarkan di lidah, ia berusaha untuk mengontrolnya. Berdebat dengan orang tua? Ehm, Arga pikir ia harus mengalah untuk situasi ini. Ia mengangguk sebentar, "Om Tante mau minum apa?" Arga menawarkan minuman kepada kedua orang tua Tsabita.
"Enggak usah repot-repot, Ga. Tante cuma mau lihat kondisi kamu di sini. Oh iya, Tsabita juga buatkan rendang sama abon buat kamu, nih," jawab Firda.
"Ma, bukannya Tsabita pesan buat nggak kasih tahu kalau makanan itu dari Bita? Sebelum kita berangkat waktu itu, kalau Papa nggak salah ingat," Hisyam menoleh ke arah Firda, bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Sky With(out) Stars
Spiritual[17+] - C O M P L E T E Tsabita Ruby Hasyim, perempuan penyuka warna merah, memiliki kedua orang tua yang selalu mencampuri dan mengatur jalan hidup kepadanya seperti apa yang mereka inginkan. Membuat gadis berkacamata itu, bersikap apatis terhadap...