📏21. What News to Run into You💊

23 7 0
                                    

21. What News to Run into You

Pandangan mata Tsabita tertuju pada seorang gadis yang sedang membuka pintu dari kafe yang bernuansa warna nude dan putih gading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pandangan mata Tsabita tertuju pada seorang gadis yang sedang membuka pintu dari kafe yang bernuansa warna nude dan putih gading. Melihat gerak dan gestur tubuh gadis itu, dapat dipastikan ia sedang mencari seseorang. Tsabita melambaikan tangan, memberi tanda akan keberadaan dirinya. Sebab yang datang adalah Ungu, gadis yang mengajaknya bertemu kemarin. Gadis yang dicintai oleh sahabatnya. Dan gadis yang membuat Tsabita merasa iri bahkan dengan hadirnya saja.

"Sorry, gue telat!" Dengan nafas tersengal Ungu berucap. Ia segera duduk di depan Tsabita.

Tsabita mengangguk, "Istirahat aja dulu, Ungu. Tarik nafas," Tsabita merasa sesak sendiri melihat nafas Ungu yang tersengal. Menarik tisu dari tempatnya, menyodorkan pada Ungu untuk menyeka keringat yang turun dari dahinya.

Ungu menuruti apa yang Tsabita katakan. Mengatur nafas, tak lupa untuk menyeka keringat, "Gue jadi nggak enak sama lo. Padahal yang buat janji kan gue, malah gue yang terlambat."

Tsabita tersenyum menenangkan, "Santai aja, Ungu. Nggak papa kok."

"Syukurlah kalau lo nggak kesal. Menunggu itu hal yang membosankan, buat naik darah tahu. Dan lo terlihat santai dengan itu," ucap Ungu.

Tsabita menggeleng pelan. Dirinya merasa tidak sependapat dengan Ungu, "Menunggu itu hal biasa bagiku. Karena merupakan hal biasa, jadi, aku bisa menikmati prosesnya. Take your time, Ungu. It's okay."

Ungu menghela nafas, "Gua nggak bakal bilang kenapa gue terlambat hari ini. Karena jawaban gue akan menjadi sebuah alasan aja."

"Iya, oke. Lagian aku baru lima belas menit di sini. Jadi, jangan berlebihan!" sahut Tsabita.

"Gue nggak yakin. Minuman lo tinggal sedikit itu," Ungu melihat vanilla latte dingin milik Tsabita, tidak ada setengah gelas yang tersisa.

Tsabita tertawa, "Haus. Aku haus banget. Kamu lihat dan rasakan sendiri gimana matahari hari ini menyengat di kulit. Alhamdulillah, masih Allah kasih cahaya matahari untuk bumi."

Ungu mengangguk, "Itu juga bukan pembelaan dari jawaban lo. Ya, memang benar siang ini panas banget."

"Oh iya, kamu mau pesan apa?" tanya Tsabita sembari melambaikan tangan kepada pelayan yang terdekat dari tempatnya duduk.

"Americano dingin," jawab Ungu singkat, menggulir smartphone-nya mencari sesuatu dan membalas pesan.

Berbincang mengenai pesanan Ungu pada pelayan yang telah berada di sampingnya, Tsabita lalu menoleh ke arah Ungu yang masih sibuk dengan smartphone-nya.

"Sorry ya, Ta, gue balas chat dulu sebentar," Ungu berujar, dirinya tahu Tsabita melihat ke arahnya.

"Iya," balas Tsabita.

Dark Sky With(out) StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang