📏49. Our Wish💊

35 7 1
                                    

49. Our Wish

Malam hari pun tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam hari pun tiba. Sesuai rencana awal, Tsabita sudah menyiapkan makan malam romantis di taman belakang rumahnya. Tepatnya rumah orang tuanya. Meja yang sudah dihiasi bunga dan lilin sedemikian rupa itu, sudah di tata dengan banyak makanan. Gina yang membantunya sejak sore itu, sudah pamit pulang. Dan Tsabita mesti memanggil Arga, Sang Bintang Utama, di taman belakang rumahnya.

"Kamu dari mana?" Arga muncul dari balik pintu saat Tsabita masuk dari arah pintu samping rumah Manaf, "dari tadi enggak di rumah."

Tsabita cukup terkejut. Lantas menetralkan mimik wajahnya dengan senyuman, "Ayo, ikut aku!" Tsabita segera menarik tangan Arga untuk mengikuti langkahnya. Tanpa perlu adanya basa-basi. Mereka sudah saling mengenal lama. Tidak perlu pakai intro untuk membuat Arga mau mengikuti ajakannya tanpa paksaan.

"Mau ke mana, sih?" tanya Arga sembari menatap ke arah Tsabita yang menunjukkan raut wajah senang. Tidak seperti tadi, Tsabita sudah kembali ke mode seperti biasanya.

"Kamu akan tahu. Tapi, tadi aku udah kasih spoiler, bukan?" Tsabita terkekeh, "ada kejutan buat kamu."

Arga balas tersenyum, "Aku jadi penasaran."

"Sebentar lagi juga enggak penasaran," sahut Tsabita, "pokoknya mulai detik ini, lupakan yang sedih-sedih. Ayo, kita melangkah maju bersama!" setelah merenungkannya sebelum malam tiba, Tsabita berusaha menata hatinya dan mencoba menerima apa yang telah terjadi belakangan ini. Ia tak mau menyesal, apalagi ke depannya, kesempatan untuk mereka bertemu sudah tak sesering dahulu.

Ya, mereka akan menjalani Long Distance Marriage (LDM). Arga dan tim-nya berangkat menuju lokasi di mana Arga mendapatkan proyek pembangunan masjid di pinggir pantai di Kota Makassar.

Dan Arga sendiri juga tidak tahu kapan bisa pulang ke ibu kota kembali. Maka dari itu, Tsabita menurunkan egonya, mencoba memperbaiki hatinya, dan mencoba mengembalikan suasana yang tidak mengenakkan siang tadi.

Tsabita dan Arga sampai di halaman depan rumah Tsabita. Terlihat jelas jika banyak lilin yang berada di pinggir jalan menuju taman belakang.

Tsabita melihat ke arah Arga, "Lihat itu, Ga. Aku yang nyalain semuanya."

Arga memandang takjub ke arah Tsabita, "Itu cantik."

Tsabita menyemburkan tawanya mendengar pujian Arga, "Benarkan? Alhamdulillah. Padahal tadi sempat gerimis. Takutnya apinya padam."

Arga juga tidak ingin melakukan kesalahan seperti tadi siang. Ia akan menjadi seorang penjahat yang menusukkan pedang pada jantung Tsabita. Tidakkah Arga melihat bagaimana tulusnya Tsabita menyiapkan ini semua? Padahal ini masih pembuka. Yang utama belum tampak.

Arga mengangguk, "You never disappointed, Ta."

"Kalau begitu, ayo masuk ke taman belakang!" ajak Tsabita. Ia merentangkan tangannya untuk menikmati langkahnya menuju taman belakang. Langkahnya harus seimbang, jika tidak, kakinya pasti akan menyandung lilin-lilin di pinggirnya.

Dark Sky With(out) StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang