📏1. She's The Expendable💊

124 14 0
                                    

1. She's The Expendable

Sesuatu yang menusuk relung hati itu, semakin menusuk lebih dalam lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesuatu yang menusuk relung hati itu, semakin menusuk lebih dalam lagi. Menembus dengan sayatan yang lebih menyakitkan. Seolah hati terasa mati rasa. Sedu sedan tangisan yang terdengar menjadi saksi lara dalam hatinya.

Tsabita kecil menangis melihat kepergian kedua orang tuanya. Menyisakan dirinya yang memegang besi pagar berwarna hitam hingga mobil yang ditumpangi kedua orang tuanya tak terlihat oleh mata beriris cokelatnya.

"Sudah sayang! Ayo kita ke rumah Umi saja," Maira yang sedang di seberang pagar, menghampiri Tsabita dan berusaha menenangkannya.

"Tapi Mi, kenapa? Kenapa, Bita selalu ditinggal? Ini kan hari libur, kenapa mereka selalu nggak punya waktu buat Bita," Tsabita tergugu, dadanya sesak. Mama dan Papa tidak memedulikannya. Tsabita seperti anak yang dibuang. Tsabita seperti anak yang tak diharapkan.

"Mereka kerja buat Tsabita. Siapa nanti yang beliin es krim kalau mereka nggak bekerja, Sayang?" ucap Maira sambil mengusap kepala Tsabita, menghapus jejak air mata yang mengaliri pipi Tsabita.

Anak berusia tujuh tahun itu, terlihat termenung. Mencoba berpikir positif, mencoba meyakinkan dirinya bahwa Mama dan Papa akan kembali ke pelukannya, mencoba berbesar hati membuang impiannya untuk bermain bersama di hari libur.

Ya, ia harus menjadi dewasa dan mandiri sebelum umurnya. Ia harus bisa mengerti keadaan Mama dan Papa nya.

"Kalau gitu Bita mau main sama Arga, Mi," ucap Tsabita sembari mengusap kasar air matanya yang tak bisa berhenti mengalir.

Maira tersenyum, "Nah gitu dong! Bita harus semangat. Mana coba Umi lihat senyumnya?"

Tsabita tersenyum, lama-kelamaan ia tertawa.

"Bita sayang Umi," Tsabita memeluk Maira.

"Aduh-aduh, Umi juga sayang banget sama Bita." Maira mendekap erat tubuh Tsabita yang kecil.

"Umi sayang juga sama Arga, nggak?" Bocah kecil laki-laki berlarian menuju ke dua perempuan yang sedang berpelukan itu.

"Sayang nggak, ya?" Maira mengetuk-ngetuk dagunya, berpikir.

Arga mencebik, "Umi harus sayang sama Arga kalau nggak Arga marah."

"Umi juga sayang sama Arga kok. Buktinya Umi selalu bikin susu cokelat sebelum tidur khusus buat Arga," ucap Tsabita, melepas pelukannya pada Maira.

"Bener kan, Mi?" Arga mengerjapkan matanya lucu.

Maira mencubit pipi Arga, "Umi sayang sama kalian berdua." Maira merentangkan tangannya, "sini peluk." Arga pun menghambur kepelukan Maira bersama Tsabita, "aduh, kesayangannya Umi."

Dari balik jendela mobil, seseorang laki-laki berdehem, "Oh gitu, jadi Abi bukan kesayangan Umi lagi?"

"Abi!" seru Arga saat melihat Manaf keluar dari mobil nya. Manaf berjalan perlahan menghampiri Maira, Arga, dan Tsabita.

Dark Sky With(out) StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang