📏65. To Save Her💊

19 4 0
                                    

65. To Save Her

Tak memedulikan tubuhnya yang basah akibat sprinkler di plafon lantai dasar rumah sakit memancarkan air, Arga menatap, melihat, meneliti sosok istrinya di antara kerumunan orang-orang yang tengah panik menyelamatkan diri sendiri juga orang terdeka...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak memedulikan tubuhnya yang basah akibat sprinkler di plafon lantai dasar rumah sakit memancarkan air, Arga menatap, melihat, meneliti sosok istrinya di antara kerumunan orang-orang yang tengah panik menyelamatkan diri sendiri juga orang terdekatnya.

Para pesien rawat inap sedang didorong brankarnya oleh petugas medis. Para dokter pun mengarahkan pasien rawat jalan untuk segera meninggalkan gedung rumah sakit. Para pengunjung berlarian ke luar gedung melalui lobi. Semua sibuk menyelamatkan diri.

Sejak menginjakkan kaki di halaman rumah sakit, Arga langsung meletakkan tas punggungnya begitu saja ketika melihat asap hitam tebal juga warna merah di lantai paling atas. Suara alarm kebakaran yang memekakkan telinga pun juga terdengar.

"Bro, ini ada kebakaran?" suara Rendi membuatnya sadar dari keterkejutannya.

"Ente tunggu di sini!" hanya itu yang diucapkan Arga. Ia segera masuk ke dalam. Yang ia pedulikan adalah keberadaan Tsabita. Itulah awal mula ia tak memedulikan yang lain, hanya istrinya saja.

"Tsabita, kamu di mana?" gumam Arga. Ia masih menatap satu per satu orang-orang di sana.

Arga berinisiatif hendak menelepon Tsabita ketika dirinya melihat sosok perempuan yang sangat ia kenal itu berlari keluar dengan menggendong bayinya.

"Ungu?" panggil Arga. Ini pertama kalinya lidahnya memanggil nama perempuan masa lalu itu, setelah sekian lama.

Ungu berhenti, lalu menoleh ke arah Arga, "Arga? Bisa tolongin aku?" mata Ungu berbinar ketika melihat sosok yang ia kenal. Ia berharap bahwa Arga bisa membantunya.

Arga terdiam sejenak. Lalu, menatap bayi yang ada digendong Ungu itu. Bibir bayi perempuan itu berwarna biru. Sungguh, hati Arga merasa sangat kasihan padanya! Pakaian yang digunakan keduanya telah basah karena pancaran air dari atas.

"Bisa bantu aku mencari rumah sakit terdekat dan mengantarku? Soalnya, Sya sedang sakit, dan keadaannya di sini sangat mencekam," ucapnya dengan nada kepanikan. Ia berbicara dengan cepat dan terburu-buru.

Arga tersenyum tipis, meski kasihan, tetapi ada suatu hal yang penting yang mesti ia pastikan keadaannya, "Kamu lihat di mana Tsabita?" tak merespons permintaan tolong Ungu, ia bertanya tentang keberadaan Tsabita.

"Tsabita? Tadi dia menemaniku, lalu izin buat ngambil pesanan makanan di lantai dasar," sahut Ungu. Ia tak tahu dengan pasti di mana keberadaan Tsabita sekarang, "maaf, bisakah kamu membantuku?"

"Bisa, tapi setelah aku memastikan Tsabita dalam keadaan baik-baik saja," tegas Arga. Ia tak mau mengambil risiko jika keadaan terburuknya, Tsabita memang tak baik-baik saja, "atau kalau kamu enggak bisa menunggu, kamu bisa minta bantuan teman aku di depan sana. Dia tadi naik mobil Range Rover warna hitam. Namanya Rendi, kamu bisa panggil nama itu di sekitar sana," putusannya untuk membuat Rendi tetap tinggal di tempat semula, tepat, karena bisa jadi ada kejadian tak terduga yang akan terjadi. Dan seperti kejadian yang sedang Arga hadapi ini.

Dark Sky With(out) StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang