📏29. His Day💊

22 10 0
                                    

29. His Day

Sejak tiga hari saat kejadian Arga kabur dari rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak tiga hari saat kejadian Arga kabur dari rumah sakit. Hari ini, adalah hari wisuda yang ditunggu-tunggu. Sejak semalam, Tsabita, Manaf, dan Maira sudah bermalam di Kota Oxford, tanpa berkabar pada Arga. Tanpa memberi tahu Arga. Mereka mengambil keputusan untuk memberi waktu untuk Arga dengan kesendiriannya sekaligus memberikan batas waktu hingga hari wisudanya.

Jarum jam pendek menunjukkan angka tiga. Tsabita telah bersiap dengan mukenanya untuk menghadap Sang Pemilik Semesta. Mengangkat tangan dengan mengucap 'Allahu Akbar', yang berarti Allah Maha Besar, Tsabita percaya bahwa dirinya tidak lebih dari seorang manusia yang lemah yang telah Allah beri nikmat, karunia, dan anugerah untuk bisa berdiri menyembah Allah malam menjelang pagi ini.

Penuh rasa syukur, Tsabita berusaha bersungguh-sungguh dalam salat malamnya.

"Ya Allah, Ya Tuhanku... Inilah hamba-Mu. Hamba-Mu menyapa Engkau di sepertiga malam. Masih dengan pinta yang sama, masih dengan harapan yang sama, bahkan masih dengan rasa yang sama."

"Ya Allah, Ya Tuhanku... Mungkin di dunia ini hamba-Mu banyak merasa dikecewakan, rasa sedih yang terus terpupuk, terluka dalam, menangis dengan rasa putus asa. Tetapi, apapun rasa yang menyesakkan dada, yang menghampiri hamba-Mu ini. Ya Allah, aku tetap lebih memilih mencintai-Mu, percaya akan keputusan-Mu, meniti setiap jalan kehidupan yang telah menanti hamba-Mu."

"Ya Allah, Ya Tuhanku... Hamba-Mu yakin dan percaya, setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Ya Allah, tolong kasihanilah sahabat hamba-Mu. Mirza Argani Ahdhar. Dengan permintaan hamba yang sama seperti malam sebelumnya. Tolong Allah, lapangkanlah hatinya, luaskanlah sabarnya, kuatkanlah pundaknya agar dirinya bisa kembali seperti Arga yang dulu."

"Ya Allah, Ya Tuhanku... Engkaulah sebaik-baiknya tempat meminta dan bergantung. Hanya kepada Engkaulah hamba-Mu berharap. Allah, Engkaulah Sang Penggenggam Hati. Sang pembolak-balikan Hati. Atas kuasa-Mu, hamba berdoa, memohon untuk terkabulnya doa hamba."

"Ya Allah, sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam, tidak ada sekutu bagi-Mu."

Doa-doa yang dipanjatkan Tsabita sangat tulus kepada sang sahabat. Ia merasa tak kuasa atas diri Arga, meskipun Arga adalah orang terdekatnya. Memang benar, Allah yang menggenggam kehidupan Arga pun dengan hatinya bahkan takdir laki-laki itu.

Tsabita melanjutkan ibadahnya dengan membaca kalamullah. Setelahnya, ia menunggu waktu masuknya azan Subuh di Kota Oxford lewat smartphone-nya.

Untuk pertama kalinya, Tsabita memakai make up sendiri. Bahkan acara wisudanya beberapa bulan lalu, dirinya meminta tolong kepada Mbak Gina, asisten Mamanya untuk me-make over wajahnya. Mengaplikasikan liptint berwarna peach ke bibirnya, menabur bedak senada dengan warna kulitnya setelah memakai foundation dan menggoreskan sedikit pensil alis di kelopak matanya yang bawah. Tak lupa menyapukan sedikit blush on di antara tulang pipinya. Dirinya tidak terlalu mengerti tentang alat-alat make up yang lain. Make up sederhana ala Tsabita ini, sepertinya cukup on point, cukup okey untuk menghadiri acara wisuda di Oxford University.

Dark Sky With(out) StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang