📏26. Come to You💊

28 9 0
                                    

26. Come to You

Bagaimana jika nyatanya, kalimat yang menyebabkan sumber kehancuran harapan seseorang itu, menjadi sumber kekuatan dari pertahanan hati Tsabita? Bukankah dalam hidup ini, kita dihadapkan pada dualitas yang berbeda? Hancur dan kokoh, suka dan duka,...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagaimana jika nyatanya, kalimat yang menyebabkan sumber kehancuran harapan seseorang itu, menjadi sumber kekuatan dari pertahanan hati Tsabita? Bukankah dalam hidup ini, kita dihadapkan pada dualitas yang berbeda? Hancur dan kokoh, suka dan duka, nyaman dan sengsara.

Tsabita mencoba untuk tidak peduli. Sekali lagi, ia harus egois. Tidak perlu merasa bersalah. Toh, memang ini pilihannya. Membuat keputusan di saat orang tuanya lah pemegang keputusan setiap langkah besar dalam hidupnya, bukan itu yang Tsabita inginkan. Apalagi keputusan tentang calon pendamping hidup. Lebih baik ia menjalankan saja apa yang orang tuanya mau, selama kasih sayang orang tuanya akan selalu tercurah padanya. Selama perhatian orang tuanya akan selalu tertuju padanya. Tsabita akan selalu jadi anak penurut dan akan selalu seperti itu.

Tsabita menatap Shima yang akan bersiap bersama teman-teman koas yang lain untuk menghadiri pernikahan Dokter Meyrisha. Mereka sedang berkumpul di depan halaman rumah sakit.

Berbicara pada supir taksi untuk menunggunya sebentar, Tsabita berjalan ke arah Shima dan teman-temannya.

"Loh Tsabita," ucap Shima melihat Tsabita yang mendekat, "kamu salah kostum," lanjutnya.

Semua atensi langsung tertuju pada Hawa DARR, julukan teman-teman koasnya pada Tsabita. Tsabita tersenyum canggung, mengedarkan pandang pada teman-temannya.

Ketika Tsabita sudah berada di samping Shima, ia lekas menjawab, "Aku memang nggak hadir di acara itu, Shima. Tolong sampaikan kepada Dokter Meyrisha, ucapan selamat dariku."

"Memangnya kamu mau ke mana? Kok bawa ransel segala," tanya Shima, penasaran. Yang lain juga ikut mengangguk.

"Kalau Tsabita nggak ikut. Siapa yang jadi pawang kita-kita dari kesinisan Dokter Mey," seru Kania, gadis berambut pendek teman satu kelompok dengannya.

Teman-teman lain sontak tertawa.

"Masa di hari bahagia, Dokter Mey masih sinis. Memang apa salah kita? Kita juga nggak sedang di rumah sakit," sahut Leon, mencoba berpikir positif.

"Ya kali aja, kan? Terbawa suasana pas di rumah sakit. Masih kesal gitu sama kita?" balas Kania dengan pembelaannya.

"Jangan su'udzon dong!" sahut Shima, "dan tolong diam, guys! Kita belum dapat jawaban Tsabita yang mau pergi ke mana."

Menghela nafas, Tsabita menjawab, "Aku udah mengajukan cuti untuk seminggu ke depan. Aku mau ke UK," Tsabita memberi penjelasan kepada Shima dan teman-temannya.

"Hah?" Shima terkejut, "dalam rangka?" tanyanya kemudian. Tsabita bahkan tidak bercerita kepada Shima.

"Urusan keluarga," hanya itu jawaban dari Tsabita. Selanjutnya, ia menitipkan kado pernikahan kepada Shima untuk Dokter Meyrisha, yang ia ambil dari dalam tasnya.

Dark Sky With(out) StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang