📏68. His Priority💊

14 3 0
                                    

68. His Priority

Smartphone Arga berdering

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Smartphone Arga berdering. Kontak nama Rendi terpampang di layar smartphone Arga.

"Kenapa ente malam-malam telepon?" tanpa basa-basi mengucapkan salam, Arga langsung bertanya pada anggota satu timnya itu. Ia baru saja tertidur di sofa mungkin sekitar satu jam yang lalu. Ia langsung terbangun saat suara deringan ketiga, ia tak mau mengambil risiko jika Tsabita ikut terbangun karena ulah smartphone-nya yang berisik.

"Sorry, Bro. Ini penting soalnya. Ada berita duka," balas Rendi di seberang sana. Suaranya terdengar sedih.

"Berita duka?" tanya Arga. Ia mengusap wajahnya untuk menghilangkan kantuknya. Lalu, melihat ke arah bed di mana Tsabita masih tertidur dengan pulas. Syukurlah, Tsabita tak terbangun karena suaranya.

"Anu, siapa itu? Yang perempuan yang gue kasih tumpangan bawa anaknya itu, loh. Yang katanya temannya lo. Nah, anaknya sedang dalam kondisi kritis."

"Innalillah, terus sekarang ente di mana?" Arga menyakan keberadaan Rendi saat ini.

"Gue udah perjalanan pulang ke rumah, Bro. Gue dengar sebelum pulang tadi, dokter bilang anaknya sedang kritis. Gue nungguin dari siang sampai malam loh, temen lo itu. Tahu-tahu dokter kabarin itu barusan. Terus kebetulan suaminya udah datang juga."

Arga menghembuskan napasnya lelah, "Oke. Ane bakal lihat kondisinya. Thanks ya, udah mau bantu teman ane," tak lupa Arga mengucapkan terima kasih pada Rendi. Saat Tsabita belum sadar, Rendi juga sudah mengirimnya pesan kepada Arga, mengabarkan jika Ungu berada bersama dirinya. Itu berarti, Ungu mau mendengarkan alternatif bantuan yang ditawarkan Arga padanya.

"Enggak masalah, Bro. Sama-sama. Oh iya, gimana keadaan istri lo?"

Arga melirik ke arah Tsabita, "Alhamdulillah baik. Sekarang tidur."

"Alhamdulillah, ya udah gitu aja, Bro. Gue lagi nyetir, nih."

Setelah beberapa patah kata, Arga mengakhiri panggilan dari Rendi. Ia mendesah. Bagaimana ini? Apa ia harus meninggalkan Tsabita sebentar?

Arga pun lupa menanyakan alamat rumah sakit di mana bayi Ungu dirawat. Ia segera mengetikkan pesan pada Rendi.

Setelah menunggu beberapa saat, ia mendapatkan alamat rumah sakit tempat bayi Ungu itu dirawat.

"Bita, aku tinggal, ya? Sebentar aja," Arga berucap lirih pada Tsabita yang sedang tertidur. Dengan penuh kehati-hatian, dirinya mengecup kening Tsabita.

Arga melirik jam dinding yang terpasang di sudut ruangan inap Tsabita. Sekarang jam sepuluh malam, ia berencana akan kembali ke ruangan inap Tsabita maksimal dua jam. Yang berarti, sebelum jam dua belas malam.

Arga memungut jaketnya yang tergeletak di sofa dan keluar dari ruangan inap Tsabita.

Selama perjalanan menggunakan mobil Abinya yang ditinggal di parkiran rumah sakit, Arga terlihat resah. Ia tak tenang meninggalkan Tsabita sendiri. Namun, ini sudah melebihi setengah perjalanan menuju rumah sakit di mana bayi Ungu dirawat. Ia memutuskan untuk melajukan mobilnya lebih cepat. Lebih cepat sampai, lebih cepat ia kembali di samping Tsabita. Itu pikirnya.

Dark Sky With(out) StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang