23. Just Let Her
Lagi dan lagi, jadwal Tsabita akhir-akhir ini sangat padat. Bahkan bisa dibilang seperti antrean kendaraan yang akan masuk gerbang tol saat musim mudik tiba. Undangan pernikahan dari Dokter Meyrisha, undangan untuk datang di khitbah Ungu dan Al, undangan wisuda Arga bulan depan. Menerima semua undangan seperti ini, Tsabita bukan hanya menyiapkan tenaga saja, ia juga perlu menyiapkan mental.
Ini lagi Shima, datang-datang menyodorkan banyak undangan dari mantan pasien anak-anak yang ia jaga seminggu kemarin. Mantan pasien yang sudah sembuh dan pulang. Ada barangkali, empat undangan yang tergeletak begitu saja di meja tengah ruangan koas putri. Ada undangan aqiqahan, ulang tahun, tasyakuran, dan walimatul khitan.
"Apalagi ini Shima?" Tsabita bertanya pelan sebelum Shima berbicara lebih lanjut.
"Untuk kakak dokter yang cantik," Shima tersenyum centil, "dari sekian undangan yang dikirim, kenapa aku nggak diundang? Satupun enggak. Sedih."
Tsabita sebisa mungkin tidak mendelik kesal. Treatment atau cara yang dilakukan Tsabita ketika follow up pasien anak-anaknya bisa dibilang unik. Walaupun tak banyak bicara, Tsabisa masih bisa mengukir senyum ramah saat berhadapan dengan pasien di stase anak ini. Pun dengan pemberiannya berupa permen kurma. Permen dengan gula aren asli tak lupa kurma sebagai pemanis alami. Permen kurma yang ia coba bereksperimen dengan dua kali percobaan dan hasilnya ia berhasil menciptakan olahan permen lolipop berwarna cokelat yang dibungkus apik, tak lupa aksen pita untuk mempercantik. Permen kurma itu, akan ia buat setiap akhir pekan. Permen trobosan terbaru bagi anak-anak yang suka merengek karena meminum obat. Permen yang insyaallah tidak membuat gigi keropos seperti permen buatan pabrik karena terdapat tambahan gula sintetis di dalamnya. Jadi, tak mengherankan Tsabita menjadi sorotan pasien anak-anak di sini.
Teman-teman koas-nya bahkan menggeleng-geleng kepala dengan apa yang dilakukan Tsabita. Setelah menempuh stase penyakit dalam tempo lalu, yang ia tekun dalam memberikan treatment bagi para lansia di bangsal Arjuna, terlebih bagi Nenek Ais. Sekarang di stase anak, Tsabita menorehkan prestasi baru, cara unik yang membuat teman koas menyebutnya si 'Hawa DARR' (read: de-a-er-er). Perempuan di atas rata-rata, dari segi pengetahuan dan penemuan uniknya. Pun dengan kecantikan paripurna yang bisa membius kaum adam. Sederhana tetapi elegan, kata beberapa teman koas lelakinya.
Tsabita memijat pelipisnya, "Aku nggak bisa memenuhi semua undangan dalam satu waktu."
Shima mengedikkan pundaknya, "Aku juga nggak mau ikut berpikir karena bukan aku yang diundang."
Menghembuskan nafas, Tsabita berdiri. Mungkin air putih bisa meredakan lelah dan migrain-nya saat ini.
"Menurutmu bagaimana?" tanya Tsabita setelah mengisi air ke gelasnya.
"Apanya yang bagaimana?" Dahi Shima berkerut.
"Undangan itu," tunjuk Tsabita pada kertas undangan yang tergeletak di meja, "menurutmu bagaimana kalau kamu jadi aku? Datangkah? Atau abai?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Sky With(out) Stars
Spiritual[17+] - C O M P L E T E Tsabita Ruby Hasyim, perempuan penyuka warna merah, memiliki kedua orang tua yang selalu mencampuri dan mengatur jalan hidup kepadanya seperti apa yang mereka inginkan. Membuat gadis berkacamata itu, bersikap apatis terhadap...