📏60. Late Conversation💊

22 4 0
                                    

60. Late Conversation

"Jangan pernah berpikir kamu adalah korbannya dan wajib dikasihani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan pernah berpikir kamu adalah korbannya dan wajib dikasihani. Hei, semua orang di dunia itu pasti punya masalah. Dan masalah mereka satu dengan yang lain itu beda. Enggak sama. Ibarat kamu ini ahli soal berkendara mobil, mungkin tantangan di jalannya enggak bakal sama, sama seorang masinis apalagi seorang pilot. Itu udah ada jalannya masing-masing, tantangannya masing-masing, ujiannya masing-masing. Jangan berpikir kalau kamu itu paling sengsara, jangan berpikir kalau kamu itu sial! Karena kalau kamu berpikir begitu, kamu belum menemukan sudut pandang tentang bagaimana Allah melihatmu dengan kasih sayang-Nya. Dengar ya, ujian terbesar yang paling buruk dalam hidup manusia itu adalah kalau lah seseorang enggak dipedulikan lagi sama Allah. Kamu mau punya keinginan apapun dipermudah. Mau jalur maksiat atau yang enggak semua lancar. Harta berlimpah, rezeki apapun itu ada aja. Di situlah yang namanya istidraj. Allah membiarkan hidupmu untuk tetap baik-baik saja. Enggak diuji sama Allah. Enggak melalui proses-proses yang membuat sakit atau kesulitan. Kalau kamu bisa menggeser sedikit aja sudut pandangmu mengenai apa itu ujian. Kamu akan tahu kalau ujian itu esensinya keberkahan. Oh, Allah mau aku terus bersabar dulu sebelum aku bisa dapat sesuatu. Oh, Allah mengajarkan kita dulu buat terus usaha dan ikhtiar. Oh, Allah mau kita untuk menerima dulu keadaan ini, Allah persiapkan keadaan yang jauh lebih baik ke depannya. Dan saat kita mendapatkannya, kita enggak akan mengatakan ini karena aku. Tapi, kamu akan berpikir, kalau bukan Allah yang bantu, enggak mungkin aku bisa sampai titik ini. Kita akan jadi lebih dekat dan mengingat-Nya. Di situlah letak berkahnya."

Sambil memutar rekaman yang ia dapatkan dari Ustazah-nya dahulu, Tsabita melihat ke arah Arga yang sedang tidur di atas bed pasien.

Tsabita beralih ke rekaman selanjutnya setelah tak ada suara yang terdengar dari rekamannya itu.

"Kamu tahu, Dek. Kalau lah cinta bisa dikendalikan, mungkin kita bisa meminimalisir rasa cinta pada sesuatu yang salah. Kamu cinta, tapi dia enggak? Terus gimana itu? Kamu sakit sendiri, patah sendiri, overthinking sendiri. Tapi, masyaAllah-Nya, cinta itu adalah sesuatu yang di luar kendali kita. Kita enggak bisa maksa otak kita untuk mencintai A, sedangkan hati kita lebih condong ke B. Dan yang Allah lihat dari kita sebagai seorang pecinta adalah respons kita terhadap cinta itu sendiri. Gimana cara kita merespons perasaan cinta itu. Apa dengan berbuat maksiat? Atau dengan tetap taat."

Tsabita menghentikan rekaman itu. Ia menekan tombol volume bawah di samping layar untuk mengecilkan suaranya. Ia melihat kalau Arga sedikit terusik karena suara rekaman yang sedang ia dengar ini, terlihat dari beberapa kali Arga mengerutkan dahinya. Ia tak mau Arga terbangun gara-gara dirinya.

"Makanya itu, yang Allah nilai adalah respons kita terhadap rasa itu. Meski keadaan tak selalu ideal. Contoh, ketika kamu lebih mencintai suami kamu ketimbang dirinya ke kamu, kamu sisakanlah ruang untuk dirimu sendiri. Sisakan ruang untuk mencintai dirimu sendiri. Dengan catatan, Allah lah yang harusnya paling utama yang ada dalam hatimu. Dengan begitu, ubahlah niat mencintai suami karena Allah. Karena kalau kita tautkan cinta kepada pemilik yang sebenarnya, kita bisa lebih lapang dan ringan dalam mencintai. Tak terkotak-kotak dalam pemenuhan ekspektasi agar suaminya balik untuk mencintainya dan juga kamu bisa melindungi dirimu karena kamu tetap mencintai diri sendiri. Itu pun juga karena Allah, kamu milik-Nya Allah dan kamu berharga."

Dark Sky With(out) StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang