📏33. Heartwarming💊

26 8 0
                                    

33. Heartwarming

Mobil Tsabita masuk ke dalam pelataran halaman rumah gadis itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mobil Tsabita masuk ke dalam pelataran halaman rumah gadis itu. Sepi adalah hal yang Arga temui sesaat memarkirkan mobil Tsabita di garasi. Mematikan mesin mobil, lalu menoleh ke belakang kursi penumpang. Arga mendapati Tsabita yang tertidur pulas. Gadis itu memeluk tas ranselnya dengan erat.

"Kamu memeluk tas seperti memeluk guling. Bagaimana aku tega membangunkanmu?" gumam Arga. Tak lama, lantunan salawat Nabi terdengar dari pengeras suara masjid kompleks, menandakan bahwa sebentar lagi azan Isya berkumandang.

Tsabita terbangun. Mengerjapkan matanya, melihat ke samping melalui kaca mobil, "Oh, udah sampai."

"Tidurmu nyenyak?" tanya Arga sembari melepas seatbelt-nya.

"Cukup buat mata segar, begadang nanti malam," jawab Tsabita, meregangkan tangannya.

"Begadang buat apa?" Arga mengernyitkan dahi bingung, "bahkan kamu tak lagi menulis skripsi."

"Belajar Arga. Menonton video tentang operasi bedah. Sebentar lagi, setelah di stase anak selesai, aku akan dirotasi ke stase bedah. Dan juga aku harus mempelajari tentang penyakit hemofilia," jawab Tsabita antusias. Seakan-akan melupakan amarah dan rasa kesal yang bersarang pada hatinya kepada Arga tadi, "ada pasien bayi yang menderita penyakit hemofilia. Bayi itu, baru enam bulan menyapa dunia, tetapi harus merasakan sakitnya berjuang untuk hidup. Aku jadi tak tega harus memantaunya setiap hari," lanjut Tsabita. Bercerita tentang pasien bayinya.

Arga tersenyum, "Menjadi dokter membuat hatimu peka, Ta. Aku bersyukur kamu menjadi dokter. Jadilah dokter hebat yang tangguh! Pasien-pasienmu itu, kamu menyayanginya dengan ketulusan. InsyaAllah, pasien-pasienmu merasakan getaran ketulusan itu dan mendapatkan satu sumber semangat untuk berjuang menuju kesembuhan mereka."

Tsabita mengangguk setuju, "Terima kasih, Ga. Kamu juga membuatku semangat lagi!" Tsabita lantas mengingat bahwa ia masih belum selesai dengan 'perang dingin' kepada Arga, "Hei, jangan lupa segera ke masjid! Azannya sebentar lagi loh," Tsabita kembali ke mode datar.

Arga terkekeh, "Iya, calon istri. Aku segera ke masjid. Assalamualaikum," Arga membuka pintu mobil sembari menyodorkan kunci mobil kepada Tsabita. Berlalu begitu saja setelah memporak-porandakan hati Tsabita.

Tsabita menarik nafas, melihat punggung Arga sampai menghilang di balik pagar rumahnya, "Aku kesal sama Arga, tetapi juga kasihan. Gimana dong?"

Tsabita menggeleng pelan, mengusir bayangan Arga dalam pikirannya. Ia juga harus bergegas membersihkan diri, lalu menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim.

🌫🌫🌫

Denting sendok beradu dengan piring. Tak ada percakapan hangat seperti hari-hari yang telah lalu. Manusia-manusia yang mengelilingi meja makan hanya bisa berdiam. Takut-takut jika berbicara lebih akan menyinggung hati satu sama lain. Tangisan yang menyayat hati, sesak dalam dada yang terkukung dalam waktu lama, hingga penyesalan atas kekurangan yang hadir, masih belum terlepas sempurna dalam diri. Meskipun kata maaf telah mereka bertiga ucapkan dengan setulus-tulusnya, membenarkan dalam hati bagaimana luka menggores keseluruhan anggota keluarga.

Dark Sky With(out) StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang