📏19. On That Day💊

39 12 0
                                    

19. On That Day

Tsabita tidak bisa tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tsabita tidak bisa tenang. Tsabita sedang dilanda perasaan gelisah.

Pasalnya, dari tadi ia menunggu kedatangan Arga di hari paling ia nanti. Di mana di hari itu, ia bisa maju ke depan, lalu bersitatap pada para jajaran pejabat kampus untuk melakukan prosesi pemindahan tali toga. Di mana gelar sarjana kedokteran akan tersemat di belakang namanya secara resmi. Di mana rutinitas kegiatannya akan berubah seketika.

Rasa-rasanya akan kurang lengkap jika sahabat kecilnya itu, tidak datang ke acara penting ini. Sekali lagi, Tsabita melihat sekitar, memindai orang-orang yang berjalan ke arah gedung rektorat. Meneliti satu per satu, siapa tahu sosok yang ditunggu ada di antara orang-orang itu.

Merasa akan berakhir sia-sia, Tsabita memasuki gedung dan bersiap untuk melakukan prosesi wisuda hingga akhir acara. Baiklah, Tsabita harus bisa melonggarkan hati. Arga, pasti lebih sibuk di tempat kuliahnya. Setelah izin satu bulan lamanya untuk pulang ke Indonesia, di sana pasti Arga sedang mengejar ketertinggalan materi ataupun tugas kuliahnya.

Tsabita duduk di antara barisan para wisudawan, fokus mendengarkan nama-nama wisudawan yang tampil menghadap rektor dari fakultas seni budaya. Menarik napas panjang, Tsabita membenarkan topi toga yang dikenakannya. Setelah selesai wisudawan dari fakultas tersebut, saatnya fakultas kedokteran akan tampil.

Waktu bergulir cepat sekali. Satu per satu wisudawan dari fakultas kedokteran melakukan prosesi pemindahan tali topi. Begitu juga dengan Tsabita. Ia melangkah menuju tempat duduknya semula sambil melihat ke arah tamu undangan, Tsabita ingin melambaikan tangan ke arah sang mama ketika netranya menemukan sosok wanita yang sedang sibuk menelepon. Belum sempat ia melambaikan tangan, Tsabita mengurungkan niatnya semula. Tsabita menggenggam tangannya saling meremas, mengatur napasnya, merasakan detak ganjil dalam dadanya yang harus ia redakan. Tsabita harus paham, Tsabita harus banyak bersyukur, Tsabita harus bisa melonggarkan hatinya. Sang mama yang datang sedikit terlambat untuk mengisi kursi tamu undangan itu, tidak menatap ke arah dirinya. Tidak, ia tidak berpikir bahwa benda persegi empat dengan layar menyala itu lebih menarik daripada dirinya. Ia sangat mengerti, dari kecil ia mencoba memahami, sang mama sangat sibuk bekerja dan dirinya juga prioritas beliau, bukan? Walaupun tidak seutuhnya. Ya, Tsabita harus banyak-banyak bersyukur, orang spesial dalam hidupnya hadir dalam acara istimewa yang dinantikannya.

Tersenyum tipis, ia memantapkan langkah menuju tempat duduknya, bergabung bersama wisudawan lain, menunggu acara benar-benar selesai. Tanpa disadarinya, ada sepasang mata yang tak pernah lepas melihatnya dari awal hingga akhir prosesi wisuda.

🌫🌫🌫

"Al!" seru Tsabita sambil menarik sedikit bagian belakang kemeja Albiruni yang tidak kunjung berhenti melangkah, tatkala dirinya memanggil sedari tadi.

Dark Sky With(out) StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang