📏40. Why I Don't Know?💊

34 8 4
                                    

40. Why I Don't Know?

Tsabita menutup bukunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tsabita menutup bukunya. Ia berdiri dari duduk, lalu berjalan ke arah jendela. Menerawang, menatap langit melalui celah yang terbuka di kamar Arga.

Malam sudah menyelimuti, Arganya belum pulang. Sejak Arga mulai bekerja, Arga sangat disibukkan dengan proyek terbaru yang ia rancang bersama Manaf. Abinya itu bahkan juga belum pulang. Maira sendiri. Maka dari itu, hari ini Tsabita menemani Uminya di rumah Manaf. Lagipula, Mama dan Papanya sore tadi, sudah terbang ke Lombok untuk menghadiri rapat.

Tsabita menatap foto Ungu yang berada dalam genggamannya. Pigura di meja belajar Arga sudah ia ganti dengan foto dirinya. Foto formal yang sama seperti foto di ijazahnya.

"Aku hanya tidak ingin suamiku berbuat dosa. Aku takut Allah murka, jika suamiku memandang perempuan yang tidak halal untuk dipandang olehnya," gumam Tsabita.

Ia melirik jam dinding di kamar menunjukkan pukul delapan malam. Sejak jam tujuh, ia sudah selesai membantu Maira menata makan malam di meja makan. Satu jam ia lewati berada dalam kamar. Namun, perasaannya saat ini tak menentu.

Apa karena foto ini? Tsabita kembali melihat foto Ungu. Foto saat Ungu tersenyum menatap pantai. Ia tahu, gambar ini diambil saat sekolahnya dahulu mengadakan tadabur alam di kawasan pantai.

"Berat sekali memang bersaing dengan masa lalu," gumam Tsabita. Sekali lagi, ia menerawang ke arah langit. Memandang langit malam tanpa bintang. Ia pikir, jika hatinya tak ikut bermain akan lebih mudah. Nyatanya, ia juga perempuan yang telah Allah anugerahkan cinta, setelah seseorang laki-laki mengucap qabul atas namanya.

"Sepertinya ini adalah cinta, Ga," ia bahkan mendiagnosa hatinya sendiri. Merasakan detakan ganjil saat mengingat suami yang masih mencintai masa lalunya.

Tsabita melihat mobil SUV warna hitam berada di depan gerbang. Tsabita tersenyum, "Arga dan Abi sudah pulang."

Menuju ke cermin, ia membenahi kerudungnya dan membubuhi liptint berwarna merah muda pada bibirnya. Segera, Tsabita turun ke bawah.

Tsabita bertemu dengan Maira di bawah tangga, "Mereka sudah pulang, ya Mi?" tanya Tsabita.

Umi mengangguk, "Iya," lantas menggandeng tangan Tsabita. Mereka berdua membuka pintu utama.

Manaf tersenyum saat Maira menyalimi tangannya. Tak lupa, Tsabita juga menyalimi tangan Abinya.

"Arga mana, Bi?" tanya Tsabita. Ia mencari Arga di belakang tubuh Manaf.

"Maaf ya, Ta. Arga lembur. Jadi, ia harus di kantor sampai besok. Anak itu, sudah Abi ajak pulang tapi tetap kekeh untuk menyelesaikan tugasnya," jawab Manaf.

Tsabita mengangguk saja. Raut wajahnya tidak terbaca oleh Maira yang menatapnya. Berstatus istri Arga, tidak mungkin jika Tsabita tidak merasa kecewa ketika sang suami tidak pulang hari ini.

Dark Sky With(out) StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang