📏47. See This Love💊

27 5 8
                                    

47. See This Love

Kegelisahan dan ketakutan melihat pasangan kita saling menatap tepat di titik yang sama dengan orang yang memiliki rasa pada pasangan kita, apakah benar itu dinamakan rasa cemburu? Mereka saling terpaku, tanpa memedulikan hati kita yang membeku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kegelisahan dan ketakutan melihat pasangan kita saling menatap tepat di titik yang sama dengan orang yang memiliki rasa pada pasangan kita, apakah benar itu dinamakan rasa cemburu? Mereka saling terpaku, tanpa memedulikan hati kita yang membeku.

Rasa cemburu itu mempresentasikan rasa spesial, bukan? Kalau tidak spesial, kenapa juga harus cemburu? Namun, apa bisa dikatakan alasan suami cemburu dengan istri karena posisi statusnya sebagai seorang suami. Sebagai seorang suami yang menjadi qawam untuk sang istri. Apakah bisa dengan alasan lainnya? Perasaan cinta misalnya.

Arga mengakui bahwa dirinya cemburu. Tidak mungkin ia tidak cemburu melihat sang istri bersitatap dengan laki-laki lain. Sialnya, laki-laki itu punya segudang pesona yang membuat perempuan tertarik, bahkan laki-laki pun merasakan rendah diri jika dibandingkan dengannya.

Namun, tidak berlaku bagi Arga. Sudah pasti ia sangat percaya diri bahwa Tsabita tidak akan pernah berpaling.

"Dokter Sahal, maksud saya, saya ingin minta maaf. Dokter, saya..." belum juga Tsabita menyelesaikan ucapannya, Arga menarik tangan Tsabita ke belakang tubuhnya sehingga membuat Tsabita tersentak. Ia sudah berusaha mengerahkan segala keberaniannya untuk bersuara dan merespons ucapan Dokter Sahal, tetapi Arga malah mengganggunya.

Tanpa sadar, Tsabita menyentak tangan Arga, sehingga tangan Arga hanya menggenggam udara saja. Ia menatap Tsabita tak percaya.

"Ta?!" panggil Arga lirih.

"Sebentar," ucap Tsabita tanpa melihat ke arah Arga. Yang ia tatap saat ini adalah Dokter Sahal.

"Maaf Dokter, saya benar-benar minta maaf. Kami tidak bermaksud demikian. Dokter Sahal jangan salah paham," ucap Tsabita. Sekali lagi, ia takut Dokter Sahal salah paham bahwa dirinya sengaja menanyakan alasan penolakan Shima pada Dokter Sahal itu.

"Siapa yang di sini salah paham?" balas Dokter Sahal. Ia menerawang menatap langit-langit basement parkiran. Melihat Tsabita hanya membuat dirinya akan tambah tersakiti. Sudah beberapa bulan lalu, tetapi, tetap saja rasa sakitnya masih melekat.

"Saya tahu saya salah, Dok. Jadi, saya enggak mau Dokter salah paham kalau saya sengaja bertanya seperti tadi pada Shima. Bukan untuk menyinggung Dokter Sahal," ucap Tsabita.

Dokter Sahal tersenyum tipis, "Seperti biasanya, pikiranmu begitu rumit, Tsabita. Berkali-kali saya mencoba membaca, dan pada akhirnya saya juga yang tidak bisa memahaminya. Tapi kali ini, sangat mudah menebak isi pikiranmu. Kamu yang seperti ini membuat saya lebih tersinggung, Tsabita."

Tsabita yang akan membuka suaranya urung saat Dokter Sahal mengkodenya dengan telapak tangan yang terbuka ke arahnya, "Kamu mengasihani saya? Kamu merasa bersalah bahwa pada kenyataannya saya ditolak untuk kedua kalinya? Jangan buat salah paham suami kamu, Tsabita! Mestinya yang salah paham bukan saya, tetapi suami kamu," Dokter Sahal menjeda, "apa yang kamu pikirkan tentang saya. Nyatanya, di sini saya jugalah yang bersalah."

Dark Sky With(out) StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang