📏48. It's Rain Drop💊

28 6 4
                                    

48. It's Rain Drop

Arga melihat Tsabita dengan pandangan yang berbeda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arga melihat Tsabita dengan pandangan yang berbeda. Ia tak menyangka jika saat ini Tsabita sedang menyatakan perasaannya kepada dirinya. Lantas, bagaimana dengan hubungan persahabatan mereka? Eh bukan, mereka tidak lagi bersahabat mereka sudah berganti status menjadi suami-istri. Ini sudah memasuki tiga bulan pernikahan mereka. Yang jadi pertanyaan utama Arga, bagaimana bisa secepat ini?

Padahal, ini bukanlah masalah cepat atau lambatnya sebuah waktu. Ini masalah menyadari bagaimana rasa kasih sayang itu muncul dan tumbuh menjadi rasa kasih sayang lain. Rasa kasih sayang dan cinta itu luas.

Kata para Ulama, suami atau istri itu harus bisa memposisikan diri menjadi empat peran. Sebagai suami atau istri, sebagai patner hidup, sebagai kekasih, juga sebagai ayah atau ibu. Dan peran-peran keempat posisi itu, pastilah harus menempatkan rasa kasih sayang dan cinta sesuai dengan porsinya masing-masing.

Tsabita menyadari lalu mengakuinya bahwa dirinya bukan hanya mencintai Arga sebagai sahabat, tetapi juga sebagai pasangan hidupnya. Patner hidupnya. Rasa sayangnya tumbuh dan berkembang.

Lantas, apakah Arga hanya terpaku pada rentang waktu itu? Bukankah Allah yang Maha Membolak-balikkan Hati? Mudah saja bagi Allah membuat rasa cinta Arga kepada Tsabita tumbuh dan berkembang seperti yang dirasakan Tsabita saat ini.

"Aku enggak punya jawaban atas itu," ucap Arga. Ia membuang wajahnya. Menampilkan wajah datarnya. Tsabita yang menyatakan cinta, membuat Arga terluka. Karena dirinyalah yang membuat Tsabita harus berjuang sendirian dalam mencinta. Ia tak bisa berbuat apa-apa untuk membalas rasa cinta istrinya itu.

"Aku enggak butuh jawaban. Aku hanya ingin mengungkapkannya. Sekali lagi, aku enggak ingin menyesal," Tsabita melihat tetes hujan yang mulai turun membasahi, seperti air matanya yang ingin merembes keluar tanpa izin darinya.

Tsabita membuka pintu mobil. Lalu, mendongak menatap langit dan merentangkan tangannya. Tak lama, hujan turun. Tak lagi hanya titik-titik kecil lagi.

Ia tersenyum, dengan begini, ia tak harus menyembunyikan lelehan air matanya. Sebenarnya, repsons Arga yang menahan rasa kesal itu jauh lebih menyakitkan bagi Tsabita. Dirinya tidak terima dengan reaksi Arga yang demikian. Jika saja Arga diam dan tak mengatakan satu patah katapun atau juga tak menampilkan mimik wajah seperti itu, mungkin Tsabita akan menahan semua gejolak dalam hati. Namun pada dasarnya manusia, sekeras apapun hati ingin bertahan, nyatanya tak mudah jika sudah kejadian.

Tsabita ingin membuang perasaan tak nyamannya saat ini lewat hujan yang turun. Titik air hujan yang menerpa wajahnya, membuat air mata yang mulai menelusuri pipinya, menyatu bersama air hujan. Tak ada yang tahu jika Tsabita melepaskan sesaknya lewat air hujan. Tak ada yang mendengar suara tangisan Tsabita yang tersamarkan lewat suara gemercik air yang turun ke bumi.

Arga keluar dari mobil. Tak lupa juga membawa payung lipat yang selalu ia sediakan di dashboard mobil.

"Bita, kamu apa-apain sih, malah main hujan. Kamu nanti sakit, nanti flu," omel Arga seperti ibu yang memarahi anaknya sebab sang anak main hujan-hujanan.

Dark Sky With(out) StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang