📏44. The Season of You💊

18 6 5
                                    

44. The Season of You

Tsabita merapikan selimut Arga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tsabita merapikan selimut Arga. Sedangkan Arga hanya menatap langit-langit, tidak sanggup melihat Tsabita. Ia malu. Sangat malu pada Tsabita.

"Tidur Ga. Besok katanya mau berangkat kerja," ucap Tsabita sembari duduk di samping Arga, "jangan mengerutkan kening terus! Kamu sedang memikirkan apa memangnya?"

Arga terdiam sejenak, "Pertemuan tadi seakan menyadarkanku, Ta. Kamu baik, sedang aku jahat. Kenapa kamu masih baik sedangkan aku menciptakan luka untukmu? Kamu selalu mengalah pada aku yang ingin menang sendiri," lirih Arga. Ada yang mengganjal di tenggorokannya, menciptakan suara seraknya.

Tsabita menghela napas, "Kenapa bicara seperti itu? Apa aku boleh jahat pada suamiku sendiri?"

Pandangan mata Arga dan Tsabita bersirobok, "Jangan menatapku seperti itu! Aku merasa tak berguna untukmu."

Tsabita berdiri, "Mungkin kamu butuh waktu sendiri. Istirahatlah, jangan pikirkan apapun saat ini! Aku akan menjagamu," ia melangkah menuju sofa di kamar Arga. Menjatuhkan bobot tubuhnya dan menyandarkan punggung ke lengan sofa.

Arga mencoba memejamkan matanya. Ia tak ada bicara lagi dengan Tsabita. Hari ini, ia cukup sadar diri bahwa egonya yang ingin menang sendiri itu, membawa rasa rendah diri pada Tsabita.

Tsabita sendiri belum bisa terlelap. Ia meraih laptop Arga di atas meja, mengetikkan jurnal kedokteran pada kolom pencarian. Ia ingin belajar kaitannya dengan stase bedah. Membaca jurnal mungkin bisa menambah referensinya. Sembari sesekali melirik ke arah Arga yang berada di ranjang.

Mungkin efek dari obat anti rasa sakit yang di minum Arga, membuat Arga sudah tertidur pulas.

Tsabita mendekat ke arah Arga. Menatap wajah Arga dalam, "Arga, dalam cinta tidak ada menang atau kalah. Aku rasa aku bukan mengalah hanya untuk membuatmu sadar akan keberadaan rasa cintaku padamu," Tsabita menunduk, menyingkirkan anak rambut dari dahi Arga. Rambut Arga sudah semakin panjang saja, "cinta itu hanya tertuju untuk membuat yang dicintai bahagia. Meski aku sendiri harus merelakan dan mengorbankan banyak hal dalam diriku," matanya berkaca-kaca, "kenapa hatiku sakit melihatmu masih menyimpan rasa pada Ungu? Jelas sekali aku melihatnya."

Tsabita melangkah mundur, ia keluar dari kamar Arga. Ia ingin menangis saja. Arga tidak akan pernah paham bagaimana Tsabita menahan semua rasa sesak dalam dada. Pertemuan Arga dan Ungu yang notabene tidak disengaja, tetapi ditakdirkan. Tsabita merasakan sahabat kecilnya itu menatap Ungu penuh dengan rasa rindu. Bentakan atau ucapan dinginnya kepada Ungu yang sayup-sayup Tsabita dengar, hanyalah kamuflase bagaimana mati-mati-annya sahabatnya itu menahan gejolak dalam dada. Ia yakin dengan semua itu. Karakter Arga adalah ramah dan hangat. Ia sudah mengenalnya sangat lama.

Tsabita melepas semua rasa yang ditahannya selama ini. Fokusnya kemarin-kemarin bukanlah sakit di hatinya, melainkan lebih kepada kesembuhan dan kepulihan Arga. Kini, saat Arga sudah pulang dan pembicaraan empat orang yang lalu terjadi, ia tak bisa menahan emosinya. Di ruang keluarga rumah Manaf, ia menangis tersedu-sedu. Lalu, membekap mulutnya agar tidak mengeluarkan isakan dengan keras. Ia menepuk dadanya berulang kali. Ia pikir itu akan membuat dadanya yang sesak menjadi lega.

Dark Sky With(out) StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang