52. Until I Found You
Tsabita meletakkan potongan buah segar di atas meja belajarnya. Sedangkan Ungu hanya melihat-lihat kamar Tsabita.
"Untuk ukuran perempuan sibuk, kamarmu cukup rapi, Ta," komentar Ungu.
Tsabita menyedekapkan tangannya dan bersender pada dinding dekat dengan meja belajarnya, "Akhir-akhir ini, aku belajar sama tidurnya di kamarnya Arga."
"Oh iya ya, kalian mah punya dua kamar bisa bebas tinggal di mana aja," balas Ungu.
"Eh Ungu, kamu duduk aja, deh. Bumil jangan banyak pecicilan," padahal Ungu hanya melihat-lihat kamar Tsabita saja. Namun, Tsabita berlebihan takut jika Ungu kelelahan.
"Justru kalau mau lahiran nih, Ta. Disaranin buat jalan-jalan biar lahirannya mudah," mau tak mau, Ungu duduk di tepi kasur milik Tsabita.
"Ya, itu kan menjelang lahiran. Ini kan tri semester pertama yang rentan," Tsabita tak mau kalah dengan argumentasi Ungu.
"Oke, kalah-kalah. Aku kalah kalau adu argumen sama kamu, Ta. Oh iya, apa yang mau kamu tunjukin ke aku? Katanya tadi mau nunjukin sesuatu," Ungu mengingatkan Tsabita atas ucapan Tsabita di bandara tadi.
Tsabita mengangguk, "Sebuah bacaan. Jujur aja kalau aku enggak kasih tahu ke kamu, rasanya ada perasaan bersalah. Kalau aku kasih tahu ke kamu, aku takutnya menyesal nanti."
Ungu mengerutkan dahinya, "Jadi gimana? Mau kasih tahu apa enggak? Aku sih, terserah keputusanmu aja, Ta. Kalau kamu enggak bisa ya, jangan dipaksain buat nunjukin ke akunya."
Tsabita menggeleng, "Tapi aku harus nunjukin hal itu ke kamu."
Ungu berdehem, "Apa kamu yakin? Enggak usah juga enggak papa."
Tsabita mengambil buku diary milik Arga yang sempat Arga buang itu dan Tsabita mengambilnya kembali.
Tsabita duduk di sebelah Ungu, "Ini."
"Apa ini?" Ungu menerimanya.
"Buku diary-nya Arga. Dia menulis banyak rasa di dalamnya."
"Loh terus, apa hubungannya dengan aku?" kening Ungu berkerut kembali. Hari ini, Tsabita penuh teka-teki yang Ungu harus menebaknya.
"Kamu tahu dan paham maksud aku, Ungu," jawab singkat Tsabita.
"Apa?" Ungu tak melanjutkan ucapannya, lalu, ia mengembalikan buku diary itu kepada Tsabita, "aku enggak mau membacanya, apalagi punya Arga. Memang apa yang aku pahami, Ta? Aku sendiri enggak tahu apa maksudnya."
"Kalau kamu enggak mau baca. Aku yang akan cerita," putus Tsabita, "lagian, hal kayak begini enggak perlu disembunyikan lagi. Baik kamu, Arga, Al, dan aku udah sama-sama tahu."
Ungu menghela napasnya, "Apa aku boleh membukanya?" bumu diary yang masih ia pegang itu, perlahan ia buka sampulnya.
Tsabita mengangguk, "Boleh dong! Baca aja!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Sky With(out) Stars
Spiritual[17+] - C O M P L E T E Tsabita Ruby Hasyim, perempuan penyuka warna merah, memiliki kedua orang tua yang selalu mencampuri dan mengatur jalan hidup kepadanya seperti apa yang mereka inginkan. Membuat gadis berkacamata itu, bersikap apatis terhadap...