📏51. Cause I Like You💊

28 5 0
                                    

51. Cause I Like You

"Enggak peduli kamu ragu atau sangsi sama pernyataanku ini, tapi aku suka kamu, Bita, dari dulu sampai sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Enggak peduli kamu ragu atau sangsi sama pernyataanku ini, tapi aku suka kamu, Bita, dari dulu sampai sekarang."

Ya, haruskah hati Tsabita merasakan kesenangan saat ucapan Arga itu terdengar jelas di telinganya? Hanya suka Tsabita, bukan cinta. Namun, bukankah Tsabita harus bersyukur? Tentu saja Arga menyukainya. Jika tidak, persahabatan mereka berdua sudah pasti tak bertahan lama. Jika tidak, Arga akan muak dengan segala tingkah laku Tsabita. Jika tidak, Arga tak akan sepeduli itu pada Tsabita. Tsabita hanya perlu bersyukur untuk itu.

"Kak, aku tahu karena kita ini sahabat," senyum Tsabita mengembang. Senyum yang menutupi kepedihan di sudut hatinya. Tidak, Tsabita seharusnya bersyukur atas pernyataan Arga. Tsabita harus menetralkan pikirannya itu. Jangan menjadi orang yang serakah. Namun, Tsabita juga manusia yang memiliki potensi hati yang diselimuti rasa serakah. Apalagi, setelah Arga melihat seseorang yang ia cintai, masih atau tidak, Tsabita yakin ada ruang khusus di hati Arga untuk seseorang itu. Bagaimana Tsabita tidak cemburu dengan itu semua? Bagaimana Tsabita terbawa perasaan untuk menebak-nebak apa maksud pernyataan suka itu? Meski hanya ungkapan rasa suka, Tsabita juga lah perempuan yang berandai-andai jika rasa suka yang Arga sebutkan, bukan hanya rasa suka biasa.

Arga menggeleng, "Enggak. Ini beda. Perasaan suka ini beda."

"Ya, terserah Kak Arga aja mau menganggap itu beda atau enggak. Sekarang, cepat berangkat susul timnya daripada ketinggalan pesawat, kan?" jika Tsabita menanggapi ucapan Arga, itu akan membuat waktu Arga terbuang sia-sia. Walau Tsabita juga punya hak untuk memastikan ucapan Arga itu.

"Bita, aku serius!" Arga memasang wajah memohon agar Tsabita paham dengan apa yang ia nyatakan ini.

"Aku juga serius, Kak. Udahlah. Kamu ke sana dulu nanti telat. Kita bicarain lewat chat," Tsabita memasang pertahanannya kuat-kuat agar dirinya tak mudah kecewa apalagi sampai ia dengan sombongnya menetap di dalam sesuatu yang sangatlah rapuh.

"Bita!" panggil Arga kembali.

"Iya, aku percaya. Udah sana pergi!" daripada berlangsung lama, Tsabita memilih untuk mengiyakan saja. Iya untuk sesuatu yang masih ragu dalam hati kecilnya.

"Kamu jangan lupa makan. Jaga dirimu baik-baik karena aku enggak ada di sampingmu," ucap Arga.

"Aku pernah di posisi itu, dan aku baik-baik saja sampai sekarang. Kamu jangan cemasin aku, karena aku sendiri percaya juga kamu bisa jaga diri. Dah bye!" Tsabita melambaikan tangannya.

"Assalamualaikum," salam Arga pada Tsabita.

"Waalaikumussalam," jawab Tsabita.

Setelah melihat Arga bergabung kembali dengan teman-teman satu timnya, Tsabita segera berbalik badan. Satu tetes air mata turun dari ujung mata sebelah kanannya. Ia dengan cepat menyekanya agar tidak diketahui oleh orang lain.

Dark Sky With(out) StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang