61. What Do You Know?
Beruntung? Bicara tentang beruntung, jika seseorang yang berpikir bahwa nasibnya, hidupnya tak seberuntung kebanyakan orang. Ingat-ingat saja kalau kita dilahirkan sebagai seorang muslim, tumbuh dengan iman, dan termasuk umatnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam, itu termasuk keberuntungan yang tak ternilai. Kadang saat melihat orang lain yang kita anggap hidupnya beruntung sekali, kita lupa bahwa kita sendiri sudah beruntung sejak lama. Ya, kita saja yang tak melihat angle hidup kita dari sisi yang lain.
"Aku anggap itu sebuah pujian, Kak," celetuk Tsabita, "terima kasih atas pujiannya."
"Aku enggak nyangka kalau perempuanku ini punya banyak penggemar. Lagian, aku ini cemburu bukan mau muji kamu," sahut Arga.
Tsabita tersenyum, "Bagaimana kalau kita anggap, kita sama-sama beruntung? Aku yakin, laki-lakiku ini juga banyak yang naksir di Inggris sana. Kalau begitu, aku juga cemburu loh."
Arga balas dengan tawanya, "Menurutmu begitu?"
Tsabita mengangguk cepat, "Kamu kan, tampan maksimal. Pasti banyak yang suka."
"Bita-Bita, belajar dari mana kamu ini nge-gombalnya?" Arga mencubit gemas kedua pipi Tsabita. Bukan hanya gemas sih, tepatnya, karena Arga juga sedang menyembunyikan salah tingkahnya. Bahkan kedua daun telinganya sampai memerah karena digombalin oleh Tsabita.
"Dari Abi. Masa aku enggak dengerin kalau Umi lagi digoda sama Abi," jawab Tsabita, "kamu makan sendiri lah, Kak. Aku kebelet buang air, nih, kebanyakan minum," serunya.
"Jangan lama-lama, ya? Rasanya pasti beda kalau enggak kamu suapin," keluh Arga.
Tsabita hanya menggelengkan kepala, tak habis pikir dengan tingkah Arga hari ini dan bergegas menuju kamar mandi di samping pintu masuk kamar inapnya itu.
"Assalamualaikum," tanpa diduga seseorang datang ke kamar inap Tsabita, membuat Arga langsung meletakkan sendok plastiknya begitu saja. Ia tak jadi menyuapkan nasi dan ayam katsu yang enak itu ke dalam mulutnya.
"Waalaikumussalam," jawabnya datar.
"Oh, baru makan siang, ya?" Ungu masuk ke dalam dan meletakkan satu kantong kresek transparan berisi buah jeruk di atas nakas di samping bed pasien.
Arga mengangguk saja. Malas untuk berucap atau lebih tepatnya, ia sedang tak ingin berbasa-basi dengan perempuan satu ini.
"Maaf ya, ganggu makan siangnya, Ga," ujar Ungu dengan nada yang kikuk.
"Tsabita ke mana?" tanya Ungu setelah tak mendapat respons dari ucapannya tadi.
"Itu," Arga menunjuk dengan dagunya bertepatan dengan keluarnya Tsabita dari kamar mandi.
"Eh, ada Ungu," Tsabita menghampiri Ungu.
"Ta, aku bawain jeruk, nih," ucap Ungu dengan tersenyum. Mendapati ada Tsabita di sini, membuat Ungu tak lagi rikuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Sky With(out) Stars
Spiritual[17+] - C O M P L E T E Tsabita Ruby Hasyim, perempuan penyuka warna merah, memiliki kedua orang tua yang selalu mencampuri dan mengatur jalan hidup kepadanya seperti apa yang mereka inginkan. Membuat gadis berkacamata itu, bersikap apatis terhadap...