10. Be Honest
Sudah semestinya, jika qadar nya hati akan sakit bila merasa tersakiti. Sudah semestinya juga, jika jiwa merasa gelisah bila sedang merasa tak baik-baik saja.
Tsabita duduk termenung di taman fakultas. Sudah satu minggu Arga tak menjawab pesannya, setelah Tsabita pulang ke Indonesia. Bukan tak menjawab, melainkan pesan yang dikirim Tsabita tak sampai kepada Arga.
Centang satu. Itu yang terlihat pada pesan terakhir yang Tsabita kirim ke Arga di room chat mereka berdua.
"Kemungkinan besar Arga blokir kontakku, sih. Tapi kenapa? Apa aku ada salah sama dia?" lirih Tsabita sambil menghembuskan napas pelan, "aku penasaran apa dia udah pulang dan pulih?"
Tsabita lantas memasukkan smartphone nya di dalam tas. Tak ingin lagi memusingkan kenapa Arga memblokir kontaknya. Ada hal rumit yang ingin dipikirkannya juga. Bagaimana nasib penelitiannya?
"Jadi dewasa ternyata melelahkan. Aku kira dulu menjadi dewasa bakal mudah," Tsabita melihat hasil coretan yang Dokter Sahal torehkan di kertas skripsinya. Beberapa menit yang lalu, Tsabita memang menemui Dokter Sahal untuk berkonsultasi mengenai skripsinya. Namun, tanpa diduga, banyak sekali kesalahan yang Tsabita lakukan di skripsinya.
"Sama, gue juga dulu berpikir gitu. Bahkan waktu kecil gue pengin cepet-cepet dewasa biar bisa lakuin hal bebas, tentang gue, tentang apa yang gue suka," Ungu sudah duduk di samping Tsabita.
"Loh Ungu?" Tsabita sedikit terkejut dengan kedatangan Ungu.
"Gue ganggu, ya?" tanya Ungu.
Tsabita dengan cepat menggeleng, menjawab, "Nggak kok. Tumben aja."
Ungu tertawa, "Kita kayak jadi sad girl nggak, sih Ta? Lagi galau sama skripsi-an. Gue ke sini juga karena Dokter Wira nggak acc bab tiga gue. Eh, kebetulan ada lo juga di sini."
Tsabita tersenyum tipis, "Iya juga, ya."
"Eh, tapi ini langka, deh. Seorang Tsabita galau gara-gara skripsi, emang lo salahnya banyak apa?" Ungu keheranan melihat wajah Tsabita yang lesu.
Tsabita menyodorkan hasil print out skripsinya yang ada di pangkuannya, "Ya Allah, Ta. Ini beneran semua coretan Dokter Sahal. Kok bisa? Ini beneran bukan Dokter Sahal yang keterlaluan?" pekik Ungu, membuka lembar selanjutnya, "kayaknya nggak mungkin Dokter Sahal sadis kayak gini. Banyak pikiran ya, Ta?" tebak Ungu.
Tsabita hanya menggeleng pelan. Ungu menepuk pundak Tsabita, "It's okey, Ta. Masalah akan selalu hadir dalam hidup kita, yang pasti kita nggak bisa menghindarinya, menyerah begitu saja. Hadapi atau masalah itu nggak akan pernah ada penyelesaiannya."
Tsabita membenarkan kacamatanya, "Kalau hubungan dengan orang lain yang nggak bisa dikontak gimana?"
Ungu mendelik, "Tunggu dulu! Ini bukan karena lo lagi nunggu chat atau kabar dari seseorang, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Sky With(out) Stars
Spiritual[17+] - C O M P L E T E Tsabita Ruby Hasyim, perempuan penyuka warna merah, memiliki kedua orang tua yang selalu mencampuri dan mengatur jalan hidup kepadanya seperti apa yang mereka inginkan. Membuat gadis berkacamata itu, bersikap apatis terhadap...