53. Good Parts
Setidaknya sampai empat puluh hari selepas hari seminar sekaligus hari dimulainya hubungan jarak jauh antara Arga dan Tsabita, Tsabita mulai bisa menata hatinya kembali. Kesabaran yang ia rasa sudah mencapai ambang batas yang bisa ditolerir oleh dirinya sendiri itu, bertambah tingkatannya seiring hari-hari yang ia lewati. Tsabita ingat betul akan perkataan Maira selepas akad nikahnya dahulu, bukankah tak ada batas dalam kesabaran itu?
Yang paling merajai rasa di dalam hatinya sekarang pun adalah rasa rindu, bukan rasa kesal akan sandirawanya dalam membohongi hati untuk terlihat baik-baik saja.
Kemarin malam, Ungu mengabarkan pada Tsabita jika ia sudah bertemu kembali dengan suaminya. Ya, Albiruni sudah pulang dari luar kota. Tsabita juga senang mendapat kabar tersebut. Lagipula, Tsabita cukup lelah dan bosan selama empat puluh hari ini, Ungu selalu mengeluh dan sedikit tantrum suaminya itu tak ada di sisinya. Tsabita memaklumi saja, mungkin itu juga bawaan perempuan yang sedang hamil, kan?
Seperti di saat hari Jumat selepas Tsabita melakukan follow up pasien. Ungu datang kepadanya dan mengeluh karena pekerjaan Albiruni molor hingga sepuluh hari lamanya.
Sebenarnya, molor sangat lama. Albiruni berencana hanya satu minggu saja. Namun, tiba-tiba menelepon Ungu dan bilang bulat satu bulan lamanya ia akan ke luar kota. Dan ini ditambah sepuluh hari lagi. Bagaimana mungkin Ungu tidak tantrum?
"Ta, aku enggak tahu lagi harus gimana? Mas Al selalu saja bilang sibuk," dengan wajah cemberut, Ungu menyeret Tsabita untuk duduk di bangku terdekat.
"Ya sabar aja, Ungu. Al bekerja juga buat siapa kalau bukan buat nafkahi ibu dan dedeknya," untuk sekian kalinya Tsabita mencoba menghibur Ungu yang tantrum. Ia memberi pengertian pada Ungu, "kamu harus beri suami kamu waktu buat fokus pada pekerjaannya. Kalau kamu gangguin, kamu nge-chat terus, yang ada fokusnya malah terpecah dan enggak selesai-selesai loh kerjanya. Berdoa aja biar Al dimudahin dalam bekerja dan cepat balik kembali ke sini."
Ungu termenung sejenak, menatap lurus ke depan, "Oke Ta," Ungu mengelus perutnya, "Ya Allah, semoga Mas Al cepat balik."
Tsabita tersenyum geli, ia merasa doa Ungu kurang lengkap dari apa yang ia maksudkan dalam pembicaraannya itu, "Dan dimudahin segala urusannya," lanjut Tsabita dengan nada sedikit menekan.
"Iya-iya, itu juga," sahut Ungu.
Kini, Tsabita berada di taman rumah sakit setelah menyelesaikan hasil tugasnya melalui forum diskusi kelompok yang diminta oleh dokter penanggung jawab pasien mengenai diagnosa beberapa penyakit pada pasien yang kemarin baru saja dirujuk rawat inap di bangsal Arjuna. Kesempatan ini, selain menguji pengetahuan dan keterampilan para koas, juga sangat bermanfaat karena para dokter pastinya akan menebarkan ilmu-ilmu yang sayang dilewatkan oleh para koas untuk tidak mencatatnya.
Tsabita meregangkan jari-jari tangannya dan seperti biasa akan menimbulkan bunyi. Pasalnya, ia dari kemarin malam sudah berusaha lembur mengerjakan tugas untuk hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Sky With(out) Stars
Spiritüel[17+] - C O M P L E T E Tsabita Ruby Hasyim, perempuan penyuka warna merah, memiliki kedua orang tua yang selalu mencampuri dan mengatur jalan hidup kepadanya seperti apa yang mereka inginkan. Membuat gadis berkacamata itu, bersikap apatis terhadap...