📏70. [Ending] Dark Sky Without Stars💊

25 3 0
                                    

70. [Ending] Dark Sky Without Stars

Sajian potongan daging kambing dibakar dengan bumbu kecap, potongan daging kambing kuah kuning dengan taburan bawang goreng, dan potongan daging kambing kuah tongseng melengkapi meja panjang yang berada di aula Panti Asuhan Syafakallah itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sajian potongan daging kambing dibakar dengan bumbu kecap, potongan daging kambing kuah kuning dengan taburan bawang goreng, dan potongan daging kambing kuah tongseng melengkapi meja panjang yang berada di aula Panti Asuhan Syafakallah itu. Harum rempah-rempah menguar dari masakan yang tersaji. Asap yang membumbung meninggalkan jejaknya di udara. Titik-titik air di luar wadah kaca berisi minuman jeruk muncul. Meja panjang itu penuh dengan aneka menu makanan dan minuman yang menggugah selera.

Banyak yang sudah duduk lesehan menghadap panggung kecil yang terdapat tempelan backdrop bertuliskan nama Putri Khalisa Al-Mima. Di dekat nama, dipajang bunga lily yang cantik. Makrame putih yang digantung menambah kesan aesthetic.

"Kids, jangan lari-lari gitu!" Arga berseru pada Kafka dan juga Lais yang asyik kejar-kejaran di belakang barisan anak-anak panti.

Acara tasyakuran anak ketiga Arga diselenggarakan tepat di bulan ketiga Mima lahir. Tepat juga di hari jadi pernikahannya bersama Tsabita yang ke-6.

"Tapi Ba. Kita mau main," jawab Kafka si sulung yang berusia empat tahun itu.

Lais mengangguk seolah menyetujui perkataan Abangnya.

"Yang lain pada anteng-anteng juga. Kalian duduk manis di dekat panggung sana, ayo!" Arga menggiring jagoan-jagoannya untuk duduk manis di dekat panggung.

"Baba enggak asyik!" protes Kafka.

"Baba enggak acik!" tiru Lais. Anak kedua Arga yang masih berusia tiga tahun.

"Asyik, pakai syi," ralat Kafka pada Lais. Pandangan Kafka pun jatuh pada seorang bocah perempuan yang baru datang, "Syi?"

"Si?" Lais meniru lagi ucapan Kafka. Tanpa mengindahkan perintah Babanya untuk duduk manis di dekat panggung, Kafka berlari menuju Syi.

"Syi? Kamu datang telat," ucap Kafka ketika sudah berada di depan Syi. Lais yang melihat Abangnya berlari pun ikut-ikutan.

Arga hanya bisa berdecak melihat kelakuan anak-anaknya itu.

Syi mengangguk, "Abi baru pulang."

"Oke. Enggak papa. Ayo, ke sana!" Kafka dengan segera menarik pergelangan tangan Syi untuk menuju ke tempat Babanya itu.

Lais pun ikut-ikutan menggandeng tangan Syi yang satunya lagi.

"Dek Lais," sapa Syi pada Lais.

"Si," balas Lais. Ia memamerkan senyumannya.

"Ke mana orang tuamu, Syi?" Arga yang melihat Syi mendekat ke arahnya pun bertanya.

"Masih di mobil, Ba," jawab Syi.

Arga mengangguk. Lalu, menatap ke arah anak-anaknya itu, "Kaf, La, kamu anteng di sini dulu sama Syi, ya?"

Kafka mengangguk, "Oke, Baba," ia tersenyum lebar.

Dark Sky With(out) StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang