📏62. That Agreement💊

21 3 0
                                    

62. That Agreement

Meskipun tanpa jawaban atau tak dibaca sekali pun, Tsabita tetap mengirimkan pesan pada Arga atas izin untuk pergi ke undangan seminar bersama dengan Shima

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meskipun tanpa jawaban atau tak dibaca sekali pun, Tsabita tetap mengirimkan pesan pada Arga atas izin untuk pergi ke undangan seminar bersama dengan Shima.

Bismillah.
Assalamu'alaikum, Kak Arga!

Aku izin pergi ke seminarnya Dokter Sahal. Aku juga mau minta maaf karena aku tahu aku salah. Kalaupun enggak dibalas pesanku ini, aku anggap aku telah diizinkan.

Terima kasih.

Dan meskipun terkesan memaksa, Tsabita tak ada cara lain selain datang ke acara seminar Dokter Sahal. Selain ia mengharap untuk mendapatkan banyak ilmu, ia juga ingin menghargai Dokter Sahal yang sudah mengundangnya itu. Ya, meskipun Dokter Sahal sendiri mungkin tak memedulikan akan kehadirannya atau tidak.

Sedikit tersentil, bahwa Tsabita sangat menghargai orang lain, tetapi, ia tak mampu menghargai orang paling dekat dengannya. Seperti menghargai pemberian Ungu, juga datang ke acara seminar Dokter Sahal. Namun nyatanya, ia telah mengambil keputusan bodoh dan menyebabkan Arga marah besar karena merasa tak dihargai olehnya.

"Udah bilang?" Shima yang sedari tadi berada di samping Tsabita itu bertanya setelah melihat Tsabita meletakkan smartphone-nya di atas pangkuannya.

"Alhamdulillah, udah," jawab Tsabita. Yang penting ia sudah bilang pada suaminya itu.

"Diizinin?" tanya Shima kembali.

"Belum dibaca," Tsabita melihat kembali layar smartphone-nya. Lebih tepatnya, belum diterima sang suami.

"Semoga enggak diizinin," gumam Shima.

Tsabita tertawa, "Segitunya enggak mau datang ke undangan Dokter Sahal?"

Shima mengangguk saja, "Bener-bener enggak ada muka buat ketemu beliau."

"Kemarin ketemu biasa aja kamu," sahut Tsabita.

"Itu kan lagi presentasi, harus profesional, dong!" elak Shima.

"Ya, sama aja. Anggap aja ini sebagai profesionalitas kita sebagai tamunya Dokter Sahal," balas Tsabita. Ia tak mungkin menunggu balasan dari Arga. Ia coba mengecek kembali, pesannya masih centang satu, tak kunjung checklist dua, "ya udah kita jalan sekarang!" putus Tsabita.

"Ehm, enggak nunggu dulu? Nunggu dulu aja, ya? Siapa tahu enggak diizinin," Shima masih duduk di kursi malasnya di ruangan koas ini.

"Suamiku selalu izinin aku. Karena dia percaya sama aku," sahut Tsabita. Nyatanya memang begitu. Asal Tsabita memberi tahu saja pada Arga melalui chat atau berkata langsung. Jika kondisinya seperti beberapa waktu ke belakang ini, Tsabita cukup mengirim pesan.

Shima menggeleng, "Siapa tahu, kan?" tetap saja Shima malas untuk datang.

"Diizinin insyaAllah. Cuma di aula gedung rumah sakit aja, kok, Shima. Enggak jauh, kan? Jadi, insyaAllah pasti diizinin."

Dark Sky With(out) StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang