📏30. About Decision💊

22 8 0
                                    

30. About Decision

"Apa? Menikah?! Abi nggak setuju," sentak Manaf

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa? Menikah?! Abi nggak setuju," sentak Manaf. Kacamata bacanya ia lemparkan ke sembarang arah. Menatap nyalang Arga yang terlihat santai di depannya, "kalau hanya untuk main-main nggak perlu dilanjut. Anggap saja Abi nggak mendengar apa yang baru saja kamu omongin! Mengerti?"

Arga menunduk, "Aku hanya nggak mau kehilangan untuk kedua kalinya, Bi. Tolong mengertilah!" nada suara Arga masih tenang.

Pertemuan antara dua laki-laki ini terasa sangat mencekam. Manaf yang sebisa mungkin untuk mengontrol dirinya untuk tidak meledak, sedangkan Arga yang tetap bersikukuh pada apa yang ia inginkan.

Keduanya berada di sebuah ruang khusus meeting di salah satu sudut kamar hotel. Arga membawa Abinya untuk pembicaraan yang pribadi, tanpa melibatkan Uminya. Tepatnya, belum. Arga ingin tahu pendapat Abinya, sebelum Uminya.

"Abi nggak peduli. Kalau hanya mainin perasaan anak gadis Abi, Abi ada di barisan terdepan untuk menghalangi," Manaf berdiri, lalu mencengkram kedua bahu Arga, "Tsabita terlalu berharga untuk kamu yang masih hidup dalam bayangan Ungu, Ga. Tsabita, gadis itu, sudah menjadi anak perempuan Abi."

Arga terkekeh, terkesan sangat dipaksa, "Bita sendiri yang bilang kalau melupakan seseorang itu hampir menjadi sebuah kemustahilan," ada jeda, "Abi dengar, cara terbaik untuk melepaskan adalah mencari pengganti yang lebih baik. Aku rasa Tsabita adalah perempuan itu."

Perlahan namun pasti, cengkraman Manaf di bahu Arga mengendur. Dirinya tersentak, "Abi sama sekali nggak meragukan kualitas dan nilai diri Bita. Nggak sama sekali," Manaf menatap langit-langit, "yang jadi masalah itu kamu. Masalahnya ada di kamu. Apa sudah benar niatmu untuk menikah? Apa bisa kamu bertanggungjawab dengan istrimu kelak? Apa sanggup kamu mencintai Tsabita dalam waktu yang lama?"

"Dan Bita sendiri yang yakinin Arga bahwa kalaupun perlu waktu untuk menerima kondisi ini, dia yang akan ada di samping Arga buat menyemangati," sahut Arga. Menatap tepat di manik mata Manaf yang masih diliputi amarah.

Manaf menghela nafas, mendudukan dirinya ke sofa, "Bita sangat polos hingga tanpa sadar perkataannya itu, akan membuat hatinya perlahan mati rasa. Sedangkan kamu, sangat egois hingga kamu harus memikirkan solusi seperti ini. Apa kamu sudah minta petunjuk ke Allah? Arga, pernikahan itu mitsaqan ghaliza, perjanjian yang agung dan kuat."

"Apa permintaan Arga ini salah? Apa yang ingin dilakukan Arga ini tercela? Larangan dari Allah?" Arga berucap lirih, tetapi mampu menembus hati Manaf. Permintaan Arga memang bukanlah hal yang batil, namun, Manaf hanya ingin mendidik Arga menjadi laki-laki yang berkomitmen, bertanggungjawab, dan kelak menjadi pemimpin keluarga yang bijak.

Dark Sky With(out) StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang