Lauryn mundur? Mustahil!

20.6K 1.2K 6
                                    

"ORIEL!"

"DEREN! BIAR GUE YANG LAP KERINGAT LO!"

"AH GILA! BRAMA GANTENG PARAH SIH!"

Lauryn menutup kedua telinganya. Teriakan demi teriakan saling bersahutan meneriaki anggota REXITER's yang baru saja selesai berolahraga di jam pelajaran pak Endang.

Belum lagi mereka meneriakkan nama Orielnya. Ah, menyebalkan! Dia harus bisa memberitahu pada para betina kalau Oriel miliknya. Tidak boleh yang lain.

Dengan masih menutup telinga. Lauryn melihat kanan dan kiri. Mencari sebuah ide yang bisa ia gunakan. Lucky. Ia mendapatkan apa yang ia mau. Ia melepaskan telinganya dan berjalan menghampiri pak Endang.

"Eh Lauryn lo gak mau nyamperin Oriel?" tanya Prisil.

"Selow. Si es cuma mau deket sama gue. Lagian cewek mana yang mau tatapan mata sama kulkas berjalan?" Lauryn segera pergi meninggalkan Prisil yang terdiam dengan jawabannya.

Iya emang bener juga sih apa yang dikatakan oleh Lauryn. Karena berhadapan langsung dengan Oriel harus memiliki mental yang kuat.

"Gue nyamperin Radit dulu ya," pamit Crista.

"Eh jangan tinggalin gue." Prisil ikut mengejar Crista.

"Ini minum buat Radit," ucap Crista. Ia memberikan sebotol minuman mineral pada Radit.

"Makasih ayang Crista," balas Radit senang.

"Oh. Jadi begini kelakuan lo dibelakang gue," cibir Anwar. Ia menatap garang pada Radit

"Berani banget lo ngelangkahin bos," timpal Brama.

"Heh! Lo gak inget kalau bos lo itu udah ada gandengan?!" sahut Prisil tidak bisa santai.

"Heh! Gue lagi marahin Radit, kenapa lo ngikut?" balas Brama tidak santai.

"Halah, bilang aja lo kalah sama Radit yang tampannya dibawah lo kan?" tanya Prisil sengit, "makanya jangan jadi buaya," cibir Prisil.

"Wah nantangin lo?! Lo sendiri juga buayanya betina," protes Brama tidak terima.

Crista dan Radit kompak menghadiahkan sebuah pukulan pada kedua buaya yang sedang beradu mulut itu, di kepala mereka dengan sebuah botol minuman mineral kosong tentunya. Jadi aman untuk otak buaya didalamnya. Dijamin tidak mengganggu sama sekali.

"Lauryn mana?" tanya Deren menengahi kedua belah pihak.

Crista dan Prisil sontak menoleh pada Deren. Ini mereka tidak salah denger, kan?

Prisil menatap pada Crista. "Gue denger dia nyanyain Lauryn. Lo?" tanya Prisil pada Crista.

Crista mengangguk mengiyakan. "Sama gue juga," jawab Crista yang kini menjadi yakin bahwa yang ia dengar tidak salah.

Jangankan Prisil dan Crista. Bahkan teman-temannya Deren juga tidak yakin dengan apa yang mereka dengar.

"Lo kesambet apaan sampai nanyain Lauryn?" tanya Anwar curiga.

"Jangan bilang lo mau nikung ya Deren," timpal Radit.

Brama menggelengkan kepalanya. "Deren jangan nikung ya. Ntar papi marah," nasihat Brama mengikuti gaya Lauryn.

Deren menghadiahkan sampah botol minumannya pada Brama, yang sayangnya mengenai dahi lebar Brama. "Diam lo Brama Kumbara!" ketus Deren.

"Hahaha Brama Kumbara ga tuh," ledek Prisil. Ia mengacungkan kedua jempol pada Deren. "Bagus! Gue suka gaya lo Deren," ucap Prisil senang.

FATE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang